October 27, 2015

[review] Rumah Kaca - Pramoedya Ananta Toer


Judul : Rumah Kaca
Pengarang : Pramoedya Ananta Toer
Penerbit : Lentera Dipantara
Tahun : 2009
Halaman : 646
Rating : 4 of 5 stars
Hidup sungguh sangat sederhana. Yang hebat-hebat hanya tafsirannya. – hal 62
Fiuh. Selesai sudah rangkaian tetralogi buru mulai dari Bumi Manusia, Anak SemuaBangsa, Jejak langkah, dan yang terakhir Rumah Kaca. Meskipun nggak seseru tiga buku sebelumnya, tetap ada sisi ‘excelent’ dari penyajian buku terakhir tetralogi paling fenomenal di dunia sastra Indonesia. Setelah puas bersama Minke di tiga buku sebelumnya, Rumah Kaca disajikan berbeda karena menggunakan suut pandang kalangan Eropa, yaitu Jacques Pangemanann dengan dua ‘n’.  

Orang menjadi besar karena tindakannya yang besar, pikirannya besar, jiwanya besar. – hal. 313

       Yang menarik dari sosok Jacques sebagai orang yang menangkap Minke ketika mendapatkan hukuman tanpa proses hukum menjadi orang buangan adalah ia justru menjadi pengagum Minke. Terlihat dari betapa telaten ia membaca tiap lembar catatan-catatan Minke sejak dari Bumi Manusia sampai Jejak Langkah. Juga ketika di penghujung cerita ia memberikan seluruh berkas-berkas naskah Minke kepaa Madam Le Boucq. And it really surprise me tentang siapa sebenarnya Madam Le Boucq ini.

Oya, ternyata quote paling hits dari seorang Pram ada di sini: 
Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. – hal. 473
Bukan Pram namanya kalau banyak kalimat yang quotable.
Jangan bikin mereka jadi lebih kaya dan lebih berkuasa karena keringatmu. Rebut ilmu-pengetahuan dari mereka sampai kau sama pandai dengan mereka. Pergunakan ilmumu itu kemudian untuk menuntun bangsamu ke luar dari kegelapan yang tiada habis-habisnya ini. – hal. 340 
Apa Tuan-tuan kira petani buta huruf yang hanya dapat mencangkul itu tidak mencampuri politik? Begitu ia menyerahkan sebagian hasilnya yang kecil itu kepada pemerintahan desa sebagai pajak, ia sudah berpolitik, karena ia membenarkan dan mengakui kekuasaan Gubermen. – hal. 562
Dan selama masih ada yang diperintah dan memerintah, dikuasai an menguasai, orang berpolitik. Selama orang berada di tengah-tengah masyarakat, betapapun kecil masyarakat itu, ia berorganisasi. – hal. 563
Kita semua harus menerima kenyataan, tapi menerima kenyataan saja adalah pekerjaan manusia yang tak mampu lagi berkembang, karena manusia juga bisa membikin kenyataan-kenyataan baru. Kalau tak ada orang mau membikin kenyataan-kenyataan baru, maka kemajuan sebagai kata dan makna sepatutnya dihapus dari kamus umat manusia. – hal 585 

0 komentar:

 

tentangku © 2010

Blogger Templates by Splashy Templates