June 13, 2016

Tugu Gempa: Street Food (Wanna Be) Kota Padang

1 komentar
Suasana Tugu Genpa Padang malam hari, rame ya?
photo taken by @dedetsaugia

Ada yang beda dari Tugu Gempa Padang a.k.a Monument Gempa Padang. Tugu yang diresmikan pada 30 September 2010 untuk mengenang peristiwa gempa tahun 2009 di Sumatra Barat itu kini mendadak ramai. Hampir setiap hari, tugu yang berlokasi di seberang Hotel Inna Muara Padang dan bersebelahan dengan Taman Melati kini dipenuhi oleh pengunjung yang rata-rata adalah anak muda. Siapa sangka, tempat yang dulu bahkan tidak pernah dilirik masyarakat karena citra negatifnya kini berhasil ‘disulap’ oleh pemerintah kota menjadi spot yang menarik untuk duduk berlama-lama. Meskipun di tahun-tahun awal pendiriannya sempat menjadi bahan kritikan karena kondisinya yang mengenaskan, kini tidak lagi dijumpai. Bahkan masih di sekitar sana, ada Tugu Jong Sumatra yang lengkap dengan taman mungil dan bangku-bangkunya. 

Hotel Inna Muara dilihat dari depan jalan masuk SMA Don Bosco

Berawal dari keramaian pengunjung yang datang untuk nongkrong atau sekedar selfie berfoto-ria, muncullah pedagang-pedagang kaki lima. Lama-kelamaan pedagang kaki lima kawasan ini makin bermunculan dengan berbagai booth yang kece badai. Mulai dari lontong malam, nasi kucing ala ala Jogja, sate, pempek, gorengan, bahkan juga ada makanan ala jepang, yaitu yakitori. Berbagai jenis minuman seperti, kopi, milkshake, susu segar, dan nggak ketinggalan ‘teh talua’ juga ada. Soal harga jangan ditanya. Murah meriah!

Salah satu makanan yang aku coba adalah nasi kucing plus beberapa tusuk asesoriesnya. Kemudian aku dan teman-teman dari @InfoSumbar, @AndroidMinang, @RTIK_Sumbar dan MinangVidGram ngambil tikar mbak yang jualan buat dipakai duduk dekat tugu. Mbak-mbaknya percaya aja gitu tikarnya nggak akan kami bawa lari. Pesan mbaknya cuma jangan dipakai diatas rumput. tenang Mbak, kita kan anak baik. Setelah dapet tempat yang pewe, kita langsung foto-foto dulu makan. And suddenly, I feel that aku kayak nggak lagi di Padang. It seems somewhere else. Makasi banget udah diajakin kesini ya, guys!  Seru! Nanti abis lebaran kita kesana lagi buat ronde dua ya #eh

Aku dan Emen lagi milih-milih makanan
photo taken by @dedetsaugia

ngiler?
photo taken by @dedetsaugia

we're ready to eat!!!
Areal berdagang mereka sebenernya cukup rapi, mulai dari sisi dalam Taman Tugu Jong Sumatra ke arah jalan masuk SMA Don Bosco Padang. Hanya saja masih kurang ramai. Nggak penuh satu jalan gitu. Jadi nggak bisa dibilang ‘street’ food juga sih. Kalau aja pemerintah kota mengizinkan jualan sepanjang jalan masuk SMA Don Bosco, wih, Padang bakalan punya street food beneran. Kalau perlu dibikin tugunya, kayak di luar negri. Hari gini mah nggak afdol kalo ada wisatawan yang nggak nyobain street food lokalnya. 

sisi arah Taman Melati, masih sepi pedagang

di antara Tugu Gempa dan Tugu Jong Sumatra

coba aja di sepanjang jalan itu penuh ama jajanan
Nggak bisa dipungkiri, munculnya tempat seperti ini juga pasti ada sebabnya. Pemuda kota Padang memang kekurangan tempat untuk beraktivitas outdoor dengan budget sesuai kantong mahasiswa. Bebas tukang palak juga. Mau ke kafe setiap hari? Bikin kantong jebol juga donk. Belum lagi mesti mikirin tarif parkir yang seenaknya. Yep, waktu aku kesini tanggal 26 Mei 2016, masih bebas parkir. Nggak tau deh sekarang karena aku dapat kabar katanya di sana udah mulai ada yang mungut parkir. Belum kesana lagi sejak bulan Ramadhan *mendadak alim*. Memang sih, kalau malam lewat sana, pasti penuh sama kendaraan pengunjung. Apalagi kalau weekend, macet deh. Hahaha. But I think we can find out the best solution sepanjang pemerintah dan pihak-pihak terkait mau duduk bersama membahas masalah ini.

Jika kemudian muncul kesan bahwa di tempat ini muda-mudi melakukan hal negatif, coba di cek dulu. Ala ala detektif juga boleh. Hanya karena beberapa kali kedapatan ada perempuan-perempuan yang msih nongkrong padahal udah larut malam, nggak fair juga kalau kemudian langsung di judge sebagai tempat mesum. Padahal sepertinya cukup dengan bikin aturan jam malam buat perempuan, bisa kok. Waktu aku kesana selepas maghrib, yang bikin rame adalah mahasiswa atau anak-anak komunitas yang lagi rapat. And fyi aja nih, hampir setiap malam minggu ada satu komunitas seni dan peran yang ngadain panggung teatrikal dan buka lapak baca. Kurang keren apa coba?    

sebagian kecil anak komunitas yang lagi ngumpul
photo taken by @dedetsaugia
Satu hal lagi, terlepas dari selisih paham yang pernah terjadi antara pemerintah kota dengan para pedagang kaki lima nih ya, apa iya mereka disebut ‘mengambil’ tempat umum? Makanya pak, buk, bikin aja street food beneran. Jadi nggak perlu ngusir-ngusir mereka yang berjualan di sana. Kita pun yang mau nongki sambil kulineran malem-malem enak. Hihi. Maunya ya?

Eh…tapi begini aja sih aku pribadi udah bersyukur. Udah berterima kasih juga sama pemko yang mulai mengerti anak-anak mudanya. Kalau bisa lebih baik lagi sih, alhamdulillah J

Pardon our wefie. iya, fotonya terlalu ke kiri :))

June 09, 2016

Singapore: Luar Negri Pertamaku

0komentar
Well, tujuan uni dan aku jalan-jalan ke Batam sebenarnya memang supaya bisa ke Singapore. Ceritanya uni lagi berbaik hati ‘ngajarin’ aku melancong ke luar negri. Biar paspornya nggak percuma dibikin. Dan Singapura menjadi negara pertama yang menghiasi paspor aku. Yeay!

Sekupang ferry Terminal

International Harbour

Domestic Harbour, beda kan ya?
Berangkat dari pelabuhan Sekupang, adalah alternatif yang kami ambil alih-alih Batam Center. Selain tiket ferry yang lebih murah dan waktu penyebrangan lebih singkat, juga karena jarak tempuh ke pelabuhan Sekupang lebih dekat dari rumah si om.
Namanya jalan pertama kali, aku pasrah aja ngikut sama apa yang uni bilang. Lagi-lagi kami sama sekali nggak memaksakan jadwal harus ke sana sini niatnya sih supaya lebih enjoy dan nggak in a rush. Makanya ketika om menyarankan untuk berangkat dengan ferry jam 6, kami memilih untuk berangkat dengan ferry jam 9 aja. Sampai di pelabuhan, semua hal terkait tiket dan urusan imigrasi dibantuin sama om. Alhamdulillah banget pokoknya. Aku dan uni sama sekali nggak ribet. 

Menuju Ferry

Tiket PP seharga SGD 30 PP include tax udah di tangan. Eh, itu harga waktu tahun 2015 ya. Nggak tau deh kalau sekarang berapa. Oiya, disana sekalian akan dikasih kartu kedatangan yang pas sampe disana bakalan disobek. Jangan sampe hilang. Karena itu perlu  buat pulang nanti. Sekalian juga boarding pass apalagi kalau beli two way ticket. Paspor? Uh, jangan ditanya. Ini menjadi hal yang tiap bentar uni tanya ke aku. Jangan sampe hilang, pokoknya.

Boarding Pass, Passport, Arrival-Departure Card


Surprise…surprise…

Nyampe di pintu kedatangan, kami harus antri super duper panjang banget. antrinya bahkan sejak dari turun ferry. And we just realized that weekend itu bertepatan dengan 50 tahun Singapore, jadi…ada diskon di mana-mana yang bisa menarik hati para wisatawan. Sedikit nyesel karena berangkat siang. Gimana nggak, antri di imigrasinya aja bisa sampe 1,5 jam. Apalagi waktu singapura itu lebih cepet sejam (GMT+8). Waktu kami makin sedikit deh.  

ini masih di pintu kedatangan menuju imigrasi yang ada di dalam -,-

   Nggak banyak tempat yang berhasil kami kunjungi ya iyalah, berangkatnya aja udah jam berapa. Well…Merlion dan Orchard Road adalah destinasi yang emang mainstream kudu di datengin biar afdol.  Selama disana kami hanya bermodalkan uang one-day tourist pass buat naik MRT kemana-mana. Selebihnya, ya jalan kaki! Untungnya uni udah pernah kesini duluan, jadi nggak perlu peta.

Cavenagh Bridge

i must confess, sebenernya aku lebih tertarik kesini

'banda bakali' versi luar negri :)



Merlion Park jadi tujuan pertama. Karena aku cuma ngikutin kemanapun kaki uni melangkah, aku nggak tau deh, nyari patung ini susah apa gampang. Yang aku inget sih patung merlion yang mainstream ini terletak deket One Fullerton. Setelah turun MRT di Rafles Place Station, kami tinggal menyusuri sungai dengan patokan gedung Marina Bay Sands.

One Fullerton
bersih, yak?

Marina Bay Sands

padahal pinggir sungai, tapi bisa bagus gini

pardom my 'alay'-ness
Perjalanan kami lanjutkan ke Gardens by The Bay. Namanya garden, yang pasti di sini sejuk sih ya. Tapi berhubung waktu yang kami punya  makin dikit dan belum shalat dan makan siang, akhirnya kami cuma bisa ngider dikit aja. 


selfie is a must




suasana stasiun MRT of somewhere i don't know

Last but not least, Orchard Rd!


Belanja?

Nggak dooonk. Kami kan pelancong miskin, haha. Di Jakarta juga ada, kata uni ngeles. Karena belom shalat dan makan siang padahal udah sore kami sepakat buat cari makan dulu. Dan berhubung uni nggak nemu tempat makan halal yang katanya dulu dia makan di sana, akhirya kami memutuskan untuk makan KFC dan pilih menu yang aman. Sebenernya kami nggak tau sih, kfc di sana halal apa nggak. But we have no choice. Kami pasrah dengan logika toh juga ada orang berjilbab yang makan di sana. Abis itu, baru deh cari mesjid. Nyari mesjid di sini memang rada susah sih, apalagi kebetulan mesjidnya lagi direnovasi. Jadi kurang keliatan. 





makasih uni :)
Bener kata orang, dunia ini memang kecil dan sempit. Selama [perjalanan aku ketemu dua orang yang aku kenal. Pertama, senior komisariat yang lagi jalan-jalan ama keluarganya. Kedua, rombongan guru-guru GO! Kerennya, meskipun lupa nama, tapi Pak Nes masih inget kami berdua beserta temen-temen seangkatan aku dan uni.

Nyempetin foto bareng di tengah lalu-lalang 

Then what? Pulang deh. untungnya kalau beli two way ticket, terserah mau pulang jam berapa di hari itu. Yaa...pastinya kami pilih jadwal yang paling terakhir yaitu jam 20:40 waktu singapura. 

Senang? Absolutely.

Pengen kesini lagi?

Maybe someday, kan masih banyak yang belum dijamah. 

June 07, 2016

Liburan 3 Hari 2 Malam di Batam

1 komentar
It was almost a year ago.

Waktu itu uni ngajakin liburan bareng. My very first sistertrip. Kayaknya sih ada misi terselubung uni; biar ditemenin pas ulang tahun. Nggak apa-apa deh. Kan aku adek yang baik. Untuk pertama kalinya juga aku liburan ke luar kota dan luar negri pake hasil keringet sendiri. Lebay? Biarin. 

Bandara Hang Nadim
Selama tiga hari di batam, ngapain aja?

Nggak banyak meski banyak rencana yang berubah.

Yang awalnya mau di hotel batal karena sepupu mama ‘maksa’ jemput kami di bandara. Nggak hanya itu, si om juga berhasil bikin kami untuk menginap di rumahnya selama kami di sana dan selalu nganterin kemanapun kami jalan. Awalnya sih nggak enak, karena takut ngerepotin. Apalagi kami baru pertama kali ketemu karena emang sejak kami kecil-kecil dulu, om dan keluarga udah tinggal di Batam. Tapi yang ada kami malah keenakan karena jadi meminimalisir pengeluaran. Alhasil, hotel dan kendaraan yang udah booked pun di cancel, Aih, makasi ya Om ^_^

Jadi if you guys berharap tau tentang penginapan atau transportasi selama di Batam dari blog ini, jangan terlalu berharap karena aku nggak bisa ngasih info itu. I’m not a travel-blogger, anyway. Punya 3 hari yang nggak full, bikin aku dan uni nggak terlalu memaksakan itinerary yang emang nggak direncanain sebelumnya.

Long story short;

Hari Pertama


Bandara jadi meeting point aku, uni, dan si om. Setelah ketemu, ngobrol sebentar, kami langsung ke rumah si om cuma untuk ngedrop barang dan lanjut ke Ex Camp Vietnam. Ex Camp Vietnam berlokasi di Pulau Galang. Kalau dari pusat kota Batam sih lumayan jauh kataya. Tapi jalan menuju ke sana cuku mulus kok, jadi nggak akan terasa ribet di jalan. Lewat Barelang? Iyalah ya, toh nama jembatan itu diambil dari singkatan Batam, Rempang, Galang. 

my first pict after touchdown
langit mendung dari Jembatan Barelang
taxi: salah satu alternatif transportasi di Batam,. 
Waktu aku bilang jauh, it means jauuuuuh. Bahkan setelah samapi di tempat pembelian karcis, kita masih harus masuk ke dalam lagi. Namanya camp ya luas kan? Kayak kota kecil di pelosok negri, karena nggak hanya ada perkampungan, tapi juga ada rumah sakit, penjara, tempat-tempat ibadah, sekolah, sampai kantor UNHCR punya PBB yang tersebar di kawasan camp. 



setelah pintu masuk kawasan ex-camp vietnam
Sebelum ke kawasan pengungsian, mobil belok ke kiri untuk mampir ke Pagoda Quan Am Tu. Merupakan tempat ibadah para pengungsi. Di pagoda ini ada patung dewi yang aku kenal dari film masa kecil Dewi Kuan Im pada halaman atas sebelah depan pagoda. Seketika om cerita, bagi orang China, bulan Agustus adalah bulan yang penuh setan. Bulan yang dipercaya sebagai saat-saat dimana dewa kematian turun ke bumi dan hal-hal negatif banyak terjadi, makanya nggak dianjurkan untuk menikah atau memulai bisnis di Agustus. Kan katanya yaaa… Wallahu’alam. 

pintu masuk pagoda
Patung Dewi Kuan Im
niih..tinggal masukin koin ke dalem sana :D 
Pagoda Quan Am Tu 
Beberapa tempat memang sudah dipugar dan dijadikan museum. Namun, beberapa spot lain, sengaja dibiarkan begitu saja. Kata om sih, karena permintaan warga Vietnam sendiri. Biar terasa kenangan nenek moyangnya, gitu. Nah, spot-spot yang dibiarkan ini memang keliatan seremnya. Nggak banyak pengunjung juga, seperti bangunan sekolah dan kantor UNHCR.

replika kapal yang membawa pengungsi Vietnam sampai ke Pulau Galang

bagian depan Museum

Karena dianggap bersejarah, pemerintah Otorita Batam mengelola tempat seluas kurang lebih 80 hektar sebagai salah satu tempat wisata. Nah, karena kawasannya luas, jauh dari kota dan nggak ada angkot buat kesini, sangat disarankan buat sewa kendaraan aja deh kalau mau kesini.

bagian dalam museum
penjara dilihat dari museum

Penjara

Gereja Katolik



sekolah; salah satu bangunan yang ditinggalkan

Kantor UNHCR


One Thousand The Face of  Memory Galang Island

here we are :) 
Selesai dari sana, kami makan siang dengan menu khas laut di…em…lupa namanya.

Meskipun aku termasuk yang sering makan seafood karena negri sendiri juga kaya akan makanan lautnya, tetep aja makannya banyak, habis, dan nikmat. Namun entah kenapa, setelah sampai di rumah lagi buat istirahat siang, aku merasa muka aku rada gatel dan tumbuh beberapa bintik. Stress abis! Soalnya nggak pernah alergi tiap abis makan seafood. Aku langsung cuci muka dan tidur. Nggak mau minum obat anti alergi karena takut efek sampingnya suka bikin aku susah bangun tidur. Nggak pake cerita ke uni juga karena takut dia panik trus nggak ngasi ijin jalan sorenya. Hihi. 

suasana tempat makan siang
Alhamdulillah, ternyata cukup dengan bobo cantik keadaan normal kembali. Apalagi agenda sore yang bikin semangat. No more itch, deh. And yes, another things to do in Batam adalah belanja di kawasan Nagoya! Kalo kesini ya nggak perlu dijelasin deh kudu nyiapin apa. Memang sih, para fashionista bakalan suka tempat ini. Mulai dari barang ori sampe kawe berapa juga ada. Untung banget belanjanya bareng tante sebagai pemuda setempat. Tinggal belanja di toko langganan dia dengan harga miring. Oya, kata tante salah satu trik buat belanja di Batam adalah, kalau kamu punya online shop, tinggal bilang buat dijual lagi dan tunjukin grup bbm atau akun instagram jualan kamu. Biasanya penjual mau kasi harga lebih murah. Bahkan bisa gabung ke grup dia biar jadi reseller trus bisa update barang-barang baru. #loh #malahpromosi #ladiesproblem.


Puas belanja, malemnya kami ke Nagoya Hills. Cuma buat cuci mata sama beli makan malem. 

kawasan Nagoya menjelang malam
Hari kedua.
Bela-belain bikin paspor hari itu, ya buat nyebrang dong. Tanggung banget kalo ngggak, gitu sih kata uni. And yes, hari kedua di Batam aku habiskan buat mampir sebentar ke negara tetangga, Singapura. Ceritanya, di postingan berikutnya aja deh biar nggak kepanjangan.

Malemnya, setelah dijemput dari pelabuhan, kami diajakin keliling pusat kota Batam. Meskipun udah hampir jam 9 malem, kawasan sana masih terbilang rame.

Batam malam hari
bersama Nanda, di depan Mesjid Raya Batam
Om Tante sekeluarga

BP Batam, kantornya si om
Hari ketiga.

Pulang.

Gitu aja? Nggak sih. Setelah nganterin uni ke bandara karena dapet flight pagi, aku ditemenin ke salah satu spot kota Batam yang mainstream banget buat foto. Nggak nyampe 15 menit di sana, aku dianterin lagi ke tempat temen-temen komisariat chapter Batam. Lucunya, waktu mau pisah, anak om dan tante yang paling kecil nangis nggak rela karena aku mau pergi ninggalin dia. Haduh deeek, kapan-kapan kita ketemu lagi ya. Nanti kalau ada hari libur yang pas dan modal liburannya terkumpul lagi. Hehehe…

Biar afdol, foto bareng si adek di sini

Agenda terakhir di batam adalah silaturahmi. Bisa dipecat jadi adek kalau aku nggak nyempatin ke basecamp Komisariat Ekonomi chapter Batam. Kalau di Padang aku jadi kakak buat dedek-dedek kece, di sini aku jadi yang paling kecil deh.  

gini asiknya jadi adek, dikasih eskriiiim

And yes, that’s all postingan edisi dibuang sayang kali ini.

Nantikan postingan dibuang sayang berikut-berikutnya #loh


 

tentangku © 2010

Blogger Templates by Splashy Templates