July 23, 2012

Diskusi Komisariat Ekonomi Menjelang Ramadhan

bg Rusheryadi Abbas, bg Nanda Firdausy, Dwinda Rahman (Ketum Komisariat Ekonomi Unand)
Rabu, 18 Juni 2012.
Komisariat ngadain acara temu ramah jelang bulan Ramadhan. Alhamdulillah, dihadiri oleh Bg Nanda Firdausy dan Bg Rusheryadi Abbas. Acara ketawa-ketawa ini juga ga lepas dari diskusi ternyata *kebiasaan*. Diawali dengan ta’aruf  *lagi-lagi kebiasaan* kemudian abis shalat maghrib berjamaah, baru deh mulai diskusi yang agak serius oleh bg Rusheryadi Abbas.

Dihantarkan dengan statement:
Jangan gelisah. Mau dimanapun kita semua sama. Cintai saja apa kamu punya, karena dengan mencintai kita akan lebih mudah bersyukur. Ingat saja janji Allah kalau kita bersyukur, Allah akan menambah nikmatnya.
Abang yang sangat menikmati masa-masa saat dirinya menjadi konsultan pemberdayaan sebelum bekerja di BI ini mengingatkan akan 4 hal:
   1.   Sempurnakan ikhtiar.
Bagi Allah, yang penting itu perubahan. Makanya hari ini harus lebih baik dari hari kemarin.
    2.   Sertakan dengan doa.
Sesungguhnya setiap manusia adalah musafir, yang sedang melakukan perjalanan kehidupan. Suatu saat pasti berpulang.
    3.   Sabar.
    4.   Tawakal.
Karena terkadang apa yang diberikan Allah tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Kita juga memiliki keterbatasan untuk mengetahui apa yang terbaik untuk diri kita karena yang tahu segala sesuatu tentang kita adalah Yang Menciptakan kita – Allah SWT.

Menurut yang beliau baca dari bukunya Koentjaraningrat, Capacity Building bangsa Indonesia tidak terbangun dengan baik. Sebagian besar memiliki mental lembek. Salah satu penyebabnya adalah sejak kecil kita tidak dibiasakan dengan tantangan, melainkan seringnya dimanjakan. Jadi ketika dewasa kita butuh proses adaptasi yang jauh lebih tinggi. Maka, semakin keras proses, semakin matang diri yang terbentuk.
Inilah yang menjadi kesalahan ketika melakukan studi banding. Orang hanya actual-seeing instead of process-seeing. Orang-orang hanya melihat bagaimana yang terjadi saat itu, padahal itu adalah dampak dari beberapa tindakan terus-menerus yang dilakukan sebelumnya.

Nah, keuntungannya berorganisasi biasanya adalah melatih kemampuan merespon, mengemukakan pendapat, bahkan berdebat. Namun yang paling krusial sebenarnya adalah mengasah sensitifitas terhadap sekitar. Hal penting lainnya yang dilatih dalam berorganisasi dan dibutuhkan sebagai bekal saat memasuku dunia nyata [dunia kerja] adalah penempatan diri dan penguasaan masalah.  
Dianalogikan dengan kunci inggris ketimbang kunci pas, Bg Rusheryadi mengingatkan tentang kreatifitas. Jadi, selayaknya kita selaku mahasiswa bahkan sarjana membawa kunci Inggris kemana-mana, bukan kunci pas. Melakukan analisis SWOT terhadap diri sendiri juga penting. Tujuannya untuk mencari jati diri. Gali potensi, minimalisir kelemahan. Kelemahan bukan untuk disembunyikan tetapi untuk diangkat ke permukaan dan dicari cara mengatasinya.  

Diskusi ini diakhiri dengan beberapa pesan:
~~ Jadilah seperti itik. Diatas kelihatan tenang tapi sebenarnya di bawah bekerja.
~~ Yang hebat adalah bukan bicara dalam waktu yang cukup, tapi dalam waktu singkat (efektif).

Beliau juga memberi penekanan bahwa yang sebenarnya pelupa adalah yang muda. Mudah-mudahan diskusi seperti ini tidak terhenti begitu saja, sehingga hubungan anatara pengurus, anggota, dan alumni tetap terjalin. Sebagaimana yang beliau sampaikan:
Tugas nan tuo: kok lupo-lupo mangingekan, takalok kalok manjagoan.

0 komentar:

 

tentangku © 2010

Blogger Templates by Splashy Templates