October 16, 2011

Jangan Salahkan Hujan


Jangan Salahkan Hujan

Oleh: Hafizhah
(Terinspirasi Blame It On The Rain by He is We)

Semilir angin langsung menyerbu masuk ketika pintu ruangan terbuka. Mataku beralih dari novel yang sedang kubaca ke sosok di yang melangkah memasuki ruangan. Sesaat nafas ku terhenti. Rahangku megeras. Sosok tinggi, agak kurus, dengan tas gitar di punggung menatapku, senyum. Dia mengambil duduk tepat di sampingku dan memindahkan gitar ke pangkuannya. Aku terpana. Aroma Gatsby Woods memburu penciumanku. Senyum tadi hilang digantikan dengan kernyitan di kening.
“Hoi! Pake bengong. Bales senyum gue kek. Kalo tadi ada orang, malu tau. Gue senyum nah elo nya diem aje. “
“Iyaaah..nih.. Gue senyum. Udah kan?”
The Godfather di tanganku langsung mendapat saingan. Tiba-tiba novel itu tak lagi menarik ketimbang berbincang dengannya. Gerry, mahasiswa Fakultas Ekonomi angkatan 2006, belum tamat, hobi main gitar dan game online, selalu memakai kaos hitam dan dilapisi jaket atau sweater. Salah satu senior yang punya banyak fans di Studio Merah, komunitas seni kampusku. Hidungnya mancung, agak sedikit patah. Katanya karena main bola waktu kecil, lawannya yang kalah malahan nendang bola ke muka dia. Rambut keriting, mata bulat, bibir kecil berwarna merah meskipun suka merokok. 
“Buku apaan tuh?”
The Godfather. Baru dapet pinjeman.”
“Tebel banget. Mau banget sih bacanya? Kenapa ga nonton aja coba?”
“Ntar, baca bukunya dulu. Emang udah nonton?”
Aku bahkan tau kalau dia ngakunya hobi baca. Tapi aku yakin dia bohong. Aku pernah memperhatikan dia sedang berkumpul dengan senior-senior Studio Merah yang lain. Saat itu mereka lagi diskusi tentang filsafat ilmu. Aku tergoda ingin ikut diskusi waktu itu apalagi karena beberapa hari sebelum itu aku baru saja menyelesaikan membaca biografi Nietzsche, seorang filsuf asal Jerman. Tepat ketika aku ingin duduk, Gerry menengok ke arahku mengajak bergabung. Tapi kemudian aku mengambil keputusan yang aku sesali seumur hidup. Aku malah tersenyum dan menggeleng. Kemudian tanpa merasa apa-apa dia memalingkan muka lagi dan melanjutkan obrolan yang sempat terputus.
“Belom. Pesona si Don Corleone ga mempan ama Gue, hehe.. Kok sendirian? Mana yang laen? Mau nunggu atau duluan aja nih?”
“Masih pada kuliah. Terserah yang mau ngajarin donk. Mau dimulai sekarang atau nanti”
“Sekarang aja deh. Nih, pegang gitarnya. Senam jari aja dulu,”
Aku memasukkan novel ke dalam tas dan mengambil gitar dari tangannya. Deg-degan. Sore itu aku habiskan berdua saja, belajar gitar. Dia begitu telaten mengajari ku. Senyumnya berhasil membuatku meleleh dalam hitungan detik. Sikapnya yang begitu baik membangkitkan harapanku. Tapi tentu bukan hanya aku yang merasakan hal ini. Gerry terkenal gampang membuat perempuan jatuh hati. Dan salah satu perempuan yang jatuh itu adalah aku, Nindy.  
------

Malam ini hujan turun. Sembari menunggu laptop menyala, aku merebahkan badan di sofa. Mengecek ponsel. Nihil. Jomblo sih, ledekku. Hmmmphhh…aku menghela nafas dan bangkit menuju lemari makan, mengambil sekotak beng-beng dan duduk kembali. Aku menyambungkan laptop dengan modem. Ms.word, Mozilla, Winamp. Playlist pertama Blame It On The Rain yang dibawakan grup band indie He Is We.
Aku yang mengenalkan lagu ini pada Gerry. Waktu itu di sekre Studio Merah aku iseng mengunduh video live performance dari beberapa grup band favoritku. Di sisi kanan halaman youtube aku melihat seorang perempuan dan lelaki yang memegang gitar di sebelahnya. Setelah meng-klik video tadi, aku langsung jatuh hati pada lagunya.Akustik. buru-buru kupanggil Gerry untuk melihat klip itu. Aku tau dia juga suka akustik. Dan benar saja, dia langsung memintaku mencarikan chord gitarnya. Sejak saat itu dia selalu memainkan lagu ini untukku dengan penuh senyum. Ketertarikanku padanya pun meningkat beberapa derajat.
 Aku membaca garis waktu di twitter. Ah, hujan bikin galau. Aku mulai mengetikkan sesuatu.
@akunindy Don Corleone membuatku tergodaa…..baca atau nulis niii.. #dilema
2 menit kemudian
@gerryisme dasar gampang tergoda RT @akunindy: Don Corleone membuatku tergodaa…..baca atau nulis niii.. #dilema
Mataku langsung melotot. Ini beneran? Langsung kubalas sapaannya.
@gerryisme biarin..kapan lagi coba gue digoda mafia
@akunindy bego lu. Maunya ama mafia. Ga mempan tuh goadan dia buat gue.
@gerryisme iyalah lo cowok. Kecuali lo udah berubah selera. Ah,tapi ga mungkin deh. Playboy kayak lo masa jadi maho?
@akunindy mana tau. Siapa tau suatu saat perempuan udah ga menarik lagi buat gue. Bisa jadi kan gue embat si Corleone. Udah tua, tajir lagi. Ntar kalo dia mati, gue deh ahli waris nya.
@gerryisme ah. Gue udah bego jadi tambah bego ngobrol ama lo. Ujan bikin orang galau, tapi buat lo malah bikin ngelantur.
@akunindy gue ga suka ujan. Bikin basah kalo bawa motor. Menghambat langkah gue.
@gerryisme yee..jangan salahin ujannya donk. umumnya cewek suka. Liat aja TL J
5 menit kemudian. Kicauanku tak lagi di balasnya. Tapi dia masih berseliweran di garis waktuku. Sibuk membalas kicau fans-fans yang tak terhitung jumlahnya. Ah, udahlah. Masih saja aku asik membayangkan moment tadi sore. perasaan senang ini otomatis menjadi inspirasi ku untuk menuliskan sesuatu dalam blog.
-----
Kulirik jam tanganku yang menunjukkan jam 03.15. Langit sudah gelap. Hore, bakalan hujan lagi, batinku. Studio Merah sudah ramai. Tumben, kan masih jam kuliah, pikirku. Aku melepas sepatu dan menyapa semua yang ada di sana. Harapan bertemu dan belajar gitar bersama Gerry membuat senyumku terlihat lebih cerah.
“Abang-abaaaang…pada ga kuliah ya? Tumben pada nongol jam segini?”
“Emang, kita sengaja cabut. Sini deh, lo tutup pintu, bantuin pegang ginian,” sahut Bg Fahdi sambil menyerahkan sekotak serpihan kertas ke tanganku.
“Buat apaan?” tanyaku bingung.
“Si Gerry, baru jadian. Kita mau ngerayain. Sekalian minta traktiran. Ikutan sini, biar makan malem gratis,” papar Gian, teman sekelasku di Komunikasi.
“Jadian? Ama siapa?”
Senyumku hilang. Buru-buru kuganti dengan ekspresi ingin tahu seperti anak kecil supaya ga menimbulkan kecurigaan. Tapi hati ini tetap saja remuk.
“Sama Zyah. Anak Komunikasi. Biasaaa..junior. Heran Gue tuh anak. Gampang banget dapetin cewek. Tapi biarin deh, yang penting traktiran. Hihi…” jawab bg Fahdi.
Aku menatap sekotak serpihan kertas yang nantinya harus kulemparkan ke kepala Gerry dan Zyah. Aku mencoba tersenyum ketika pintu terbuka. Sepasang perempuan dan laki-laki melangkah masuk dan saat itu pulalah seisi ruangan berteriak.
“Cieeee…..” 
Spontan aku melemparkan serpihan kertas kepada mereka berdua. Gerry tersenyum menatapku. Senyumannya masih sama dengan yang waktu itu. Waktu dia menyanyikan lagu untukku. Aku membalas senyumnya.
-----




0 komentar:

 

tentangku © 2010

Blogger Templates by Splashy Templates