January 31, 2016

[Review] Hujan - Tere Liye



Judul: Hujan
Pengarang: Tere Liye
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: Januari 2016
Halaman: 320
Rating: 4 of 5

Karena kenangan sama seperti hujan. Ketika dia datang, kita tidak bisa menghentikannya. Bagaimana kita akan menghentikan tetes air yang turun dari langit? Hanya bisa ditunggu, hingga selesai dengan sendirinya. – hal 201

Well... kejutan baru dari Tere Liye.Sci-Fi bercampur kisah cinta. Berlatar tahun 2042, Tere Liye menceritakan kondisi dunia yang udah canggih banget, namun dengan kondisi bumi yang semakin menua. Unsur science fiction yang dibangun Tere Liye membuat kita berimajinasi mengenai gambaran dunia ini nanti, ketika tahun 2050-an. Sudah ada mobil tanpa supir, juga taksi yang bisa terbang. Beli baju pun gampang, tinggal nyebutin ukuran, warna yang disuka, trus model kayak apa, akan keluar beberapa pilihan di gadget kita. Jadi, toko-toko baju di sana hanya kamuflase. Something yang mungkin aja sih terjadi di masa depan.

Adalah Lail, gadis 13 tahun yang menjadi yatim piatu saat terjadi bencana alam. Gempa bumi dari gunung purba dan mengakibatkan tsunami di belahan bumi lain. Namun, saat bencana itu pulalah ia ‘bertemu’ dengan Esok, lelaki yang menarik tas punggungnya sehingga Lali tidak tergelincir ke dalam lorong kereta bawah tanah. Lail dan Esok kemudian ‘terjebak’ dalam kakak-adik zone selama masa pengungsian. Dimana ada Esok disana ada Lail. Tapi bukan kakak-adik zone yang biasa. Nggak biasa karena mereka berdua memiliki cara yang ‘santun’ dalam menjaga hati #eaaa. Sepertinya Tere Liye menyelipkan nilai-nilai tentang itu di sana.

Juga ada Maryam, sahabat setia Lail. Bertemu setelah masa-masa pengungsian dan mereka pindah ke panti. Sayangnya, hubungan Maryam dengan Lail ini kok perfect banget ya. Kayak nggak ada berantemnya gitu. Apalagi Maryam yang tau bahwa hubungan Esok dengan Lail itu lebih sedari sekedar kaka-adik zone. Nah, dengan karakter Lail yang introvert, kok dia nggak dibikin marah ‘beneran’ ketika Maryam menggoda hubungan yang terjalin antara mereka berdua.

Nah, masa itu diceritakan kalau bencana alam yang terjadi itu baru permulaan. Setelah itu terjadi musim dingin berkepanjangan. Daerah subtropis pun bisa turun salju. Kejadian ini membuat pemerintah meluncurkan sebuah pesawat ulang-alik untuk mengembalikan ke iklim yang semestinya. Sayangnya, ada efek jangka panjang yang harus diterima penduduk bumi.

Kenapa Hujan?

Ceritanya semua hal penting yang terjadi dalam kehidupan Lail terjadi ketika hujan. Apa aja kejadiannya, silakan baca sendiri. Konflik dalam novel ini sebenarnya sudah disuguhkan di awal cerita; ketika Lail ingin menghapus memori tentang hujan. Oh, di buku ini bahkan udah ada teknologi untuk menghapus ingatan. Ingatan yang mana aja kamu mau. Kayak film Eternal Sunshine of the Spotless Mindnya Jim Carrey.
Bukan melupakan masalahnya. Tapi menerima. Barangsiapa yang bisa menerima, maka dia akan bisa melupakan. Tapi jika dia tidak bisa menerima, dia tidak akan pernah bisa melupakan. – hal 308
Apa kaitan semua itu dengan Lail? Baca aja sendiri.

Aku suka alurnya. Keseluruhan cerita hanya terjadi kurang dari satu hari, tapi bisa mengisahkan potongan-potongan kejadian bertahun-tahun lalu. Aku juga suka quotenya yang ngena banget #curhat. Haha, bukan..tapi suka dengan nilai-nilai yang ada di dalamnya. And most of all, aku suka endingnya.
 
Buat kamu pecinta hujan, mungkin kamu bakalan suka.
Apalagi kalau bacanya pas lagi hujan.
Atau lagi berusaha untuk deal with memories.    
Toh semua akan kalah oleh waktu. Ibu belajar banyak bahwa sebenarnya hanya orang-orang kuatlah yang bisa melepaskan sesuatu, orang-orang yang berhasil menaklukkan diri sendiri. Mesi terasa sakit, menangis, marah-marah, tapi pada akhirnya bisa tulus melepaskan, maka dia telah berhasil menaklukkan diri sendiri. – hal 298

Hidup ini juga memang tentang menunggu, Lail. Menunggu kita untuk menyadari: kapan kita akan berhenti menunggu – hal 228
Oiya, aku rela nungguin buku ini terbit demi ikutan Reading Challengenya Mbak Yuska. Karena challenge bulan Januari adalah membaca buku dengan judul Hujan/Rain atau buku dengan cover biru. Pas banget kan J

7 komentar:

Alivia Awin said...

worth it to read gak nih kak buat penyuka sci fi?

Dian Kelana said...

Melihat nama pengarangnya sudah terbayang kisah percintaannya berjalan lurus seperti rel kereta api. Ini baru dugaan ayah saja, soalnya ayah belum punya bukunya, bahkan judulnya saja baru tahu dari resensi ananda ini.

Ferfau said...

Wuiiihh, kakfia udh baca aja. Aku jadi penasaran, klo baca review-review beberapa orang umumnya bilang buku ini ringan dan enak dibaca. Nabung ah...

Fhia said...

Awin: boleh aja win..

Ayah: sebenernya jalan yg mereka tempuh berkiku-liku yah...tp kalau lurus berarti baik, tidak macam", tidak aneh", memang iya.

Kak Ferdi: iya kaak.. seru aja. Ringan n penuh makna

Sitty Amelia said...

Wow kakak udah duluan nih, jadi pengen baca juga #kumpulinjajan.

Aul Howler's Blog said...

Pinjemmmmmmmm

MEGA BENEVA said...

Makasi buat review nya ka fia :)

 

tentangku © 2010

Blogger Templates by Splashy Templates