April 18, 2015

[review] Norwegian Wood - Haruki Murakami


Judul : Norwegian Wood
Penulis: Haruki Murakami
Penerbit : KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Halaman : 426 halaman
Cetakan Keempat: Mei 2013 
ISBN: 9789799105639

Terinspirasi dari salah satu tumpukan buku yang ada pada banner #100DaysofAsianReadsChallenge, aku rela meminjam buku ini dari seseorang yang sama penasarannya denganku terhadap Haruki Murakami. Thanks a bunch, you J
Kalau kita membaca buku yang sama dengan orang lain, kita cuma bisa berpikir seperti orang lain.
Kalimat yang mungkin terdengar familiar itu ternyata berasal dari buku Norwegian Wood. Sayang, aku lupa nyatet di halaman berapa. Tapi ya begitulah, pertama kali membaca karya Haruki Murakami, sama dengan membuka satu lagi jendela di otakku. Norwegian Wood adalah novel yang katanya ‘tepat’ bagi  siapapun yang ingin memulai membaca karya-karya Haruki Murakami. Mungkin karena ini adalah novel yang realistis, tidak seperti novel lainnya (p.s: 1Q84 adalah salah satu yang masih menumpuk di kamar dan masih berplastik).

Berlatar di tahun 1969, Murakami bercerita tentang kehidupan Toru Watanabe dalam perubahan budaya Jepang. Sepertinya Haruki Murakami penyuka musik dan literature barat, karena banyak referensi lagu-lagu dan literature yang oke, sampai aku rela buat bikin notes untuk kemudian dicari tau. Contohnya aja judul novel ini, yang ternyata adalah judul lagunya Beatles, which is, aku juga baru tau.  

Selama membacanya, aku terbawa dalam alur mundur yang santai, tidak terburu-buru, jalan ceritanya nggak gampang ketebak, dan yang paling penting adalah ada kesan yang ‘tidak biasa’ di akhir-akhir bagian. Mungkin karena berkahir dengan question ending kali ya. Apalagi pada Naoko dan Midori, dua perempuan unik (bahkan semua perempuan di buku ini punya karakter yang unik, atau aneh?) yang menghuni sebagian besar hati Toru.

Ini kisah cinta? Iya,

Antara Toru dengan Naoko.
Antara Midori dengan Toru.
Antara Naoko dengan Kizuki.
Juga Nagasawa dengan Hatsumi dan perempuan lainnya.

Bahkan cenderung mengarah ke perbuatan seks bebas. Nggak hanya itu, ada satu bagian yang menceritakan tentang disorientasi seksual, the-so-ewww-part-of-this-book, salah satu tokoh perempuannya (yang tadi aku bilang unik) juga cerita tentang hubungan tante-tante sama brondong, haha. Buat aku pribadi sih nggak masalah dengan hal  ini karena imho, nggak vulgar kok. Bagi yang biasa membaca karya Eka Kurniawan, NH Dini (di beberapa judul), Gitanyali, de el el, it’ll really doesn’t matter. Hanya saja buat siapapun yang tidak biasa, mungkin akan terganggu dengan pendeskripsian yang yaaa...bisa dibilang terang-terangan.  

Apa hikmah dibalik novel ini? I don’t know. I just can’t describe it. Sepanjang cerita, aku hanya larut kedalam detail emosi tokoh-tokohnya: kesepian, keheranan, kemudian terombang-ambing dalam kebingungan karena masalahnya nggak selesai. Lalu bunuh diri. Haha,..nggak lah. Cukup beberapa tokoh di buku saja yang harakiri, kita nggak usah.  
Yang paling penting adalah tidak tergesa-gesa. Meskipun persoalannya sedang kusut berbelit-belit dan sulit ditangani, kamu tidak boleh putus asa dan memaksakan diri untuk meluruskannya secara paksa dengan amarah. Kamu harus punya tekad untuk menyelesaikannya secara perlahan, urai satu demi satu. – Hal. 171
Setelahnya, aku langsung buka youtube buat dengar lagu Norwegiaan Wood. Di bagian terakhir liriknya:

And when I awoke I was alone, this bird had flown
So, I lit a fire,isn’t it good, Norwegian Wood?

Dan entah kenapa sensasinya sama dengan saat membaca novel ini. Or maybe it’s just me.
Jangan mempercayai orang yang mengatakan bahwa dirinya orang biasa-biasa saja – Hal. 164
P.S: Jadi pengen nonton filmnya. 

3 komentar:

Lailaturrahmi said...

Yang main filmnya Matsuyama Kenichi... *salah fokus*
penasaran sma bukunya, apalagi ceritanya cenderung realis. Konten vulgarnya masih bisa ditoleransi ya, Kak?

Fhia said...

@Ami: amii....kak mau donk filmnya..nanti klo kopdar ami ikut yaa.. konten vulgarnya..emm..gmn yaa..buat kak sih ya masih okelah, nggak bikin jijik..hehehe..

indra el mendo chemeng said...

Good novel nih kaka. Tapi kalo menurut aku yah, pilemnya tuh kurang greget lho. Jauh dari novelnya.

 

tentangku © 2010

Blogger Templates by Splashy Templates