November 15, 2012

Teori Relativitas Waktu Itu Berlaku!


It’s a long weekend. . .
Biasanya jadi moment paling ditunggu-tunggu. Doing something else. Jalan-jalan, dating, piknik keluarga, pulkam, atau sekedar santai tanpa ngapa-ngapain. Tapi kalau di kondisi luar biasa, long weekend potensial untuk menimbulkan kebosanan.
Beruntung buat golongan yang ‘nggak terjadwal’. Bangun terserah jam berapa, nggak ada jam malem, nggak harus ini, itu, dll.

Lain hal buat mahasiswa akhir tahun dari tahun ke tahun yang jadwal kuliahnya sedikit, atau malah nggak ada sama sekali a.k.a mahasiswa skripsi aja. Libur atau nggak bakalan sama.
Buat kaum yang masih punya aktifitas lain, kayak organisasi, part-time job, jualan, kayaknya nggak bakaln terlalu terasa. They have something more than killing time. Buat kaum yang nggak ada apa-apa, maka selamt datang mono.
Ada masa-masa yang secara signifikan beda.
Nungguin setelah skripsi disetor ama setelah dikembalikan bakalan terasa banget bedaanya. Menjelang nunggu jadwal ketemuan selanjutnya pasca setor tulisan kayak pacran, LDR-an, trus nunggu kpan bakal ketemuan lagi. Meski ketemuan sblmnya juga nggak nyampe 5 menit. Cuman sampe kata-kata keramat keluar:
“oya, saya baca dulu ya. Nanti saya kabari”

That’s all. Nunggu lagi. Berharap lagi.

Dan setelah “nanti saya kabari” udah sepakat atau tidak disepakati bersama maka kemudian akan muncul reaksi kimia dalam hati. Seneng, deg-degan, penasaran, dan ngarep bakal campur aduk. Seneng, akhirnya bimbingan lagi. Deg-degan, jadi atau nggak, kemaren yang dibikin bener atau nggak. Penasaran, seberapa banyak coretan yang berarti mesti direvisi. Dan pastinya harapan udah bisa move on atau belum.
Biasanya sih pasca ketemuan itu waktu akan terasa lebih cepat. 15 – 30menit 'dating' alias bimbingan. Lalu pulang dengan semangat untuk segera mengerjakan apa yang mesti dikerjakan. Semangat ini yang biasanya bikin produktif. Apalagi buat kaum yang sudah dikejar waktu dan didesak orang tua.
Selanjutnya, setoran lagi. Menunggu lagi. Begitu terus.

Saat-saat kosong itulah yang rentan sama kebosanan, atau level teringgi: kemalasan. Kejadian apapun bakalan mempengaruhi rutinitas berikutnya. Kalau pagi udah ‘bergerak’, it’s gonna be productive for the rest of the day.

Meskipun kondisi diatas nggak akan berlaku buat golongan yang diluar itu semua. Yakni yang nggak bisa ngapa-ngapain, nggak bisa kemana-mana. Waktu akan terasa panjaaaaaaaang sekaliiiiiiii.

Maka bersyukurlah, karena ada internet. Such a great escape.
Bisa kemana-mana meski nggak kemana-mana.
*salam kecup buat penemu internet*

20:58 – Balkon lantai 2


1 komentar:

rian said...

all hail penemu internet

 

tentangku © 2010

Blogger Templates by Splashy Templates