November 14, 2012

Untuk yang Sedang (Tidak) Baik-Baik Saja


Hari kesekian berada di sini. Sepi masih dominan terasa. Cuma si putih, modem, buku tulis, dan Life of Pi yang baru akan dijelajahi setia menemani. Selain skripsi tentunya.

Pagi ini cerah. Siang panas. Malam juga belum terlihat tanda-tanda bakalan hujan.
Padahal beberapa waktu sebelumnya selalu saja hujan.

Apa ini pertanda?
Bahwa hujan di sini mestinya sudah berangsur reda seperti yang di sana.
Atau sekedar kamuflase, untuk terlihat seperti tidak ada apa-apa. Seperti semua baik-baik saja. Kemudian membiarkan perasaan tidak enak menumpuk di seperti gumpalan awan hitam yang mengumpulkan tetes demi tetes air yang akan dicurahkan ke bumi. Lalu jadi banjir, kayak kota Padang yang sekarang bisa dibilang langganan banjir juga.

Aih, mendadak jadi melankolis.

Lantas, kalau lagi tidak baik-baik saja memang kenapa? Nggak kenapa-kenapa kan? Tidak selalu berada dalam kondisi baik adalah kewajaran. Toh hati manusia itu mudah dibolak-balik.

Maroon five aja bilang:
it’s not always rainbow and butterflies. It compromise that move us along.
Pun kalau sedang tidak baik, nikmati saja rasanya, lalu berusaha untuk berubah jadi baik lagi. Kalau pengen.

Pun kalau ditanya kabar, tinggal di jawab.
Baik. Atau tidak.

Baik; pertanyaan selesai. Titik.
Tidak; pertanyaan turunan akan muncul. Kenapa? Ada masalah? Ada apa? Ceritalah. Dan berbagai jenis pertanyaan basa-basi penuh perhatian lainnya.

Pilihan ada pada kita: yang jujur atau yang baik.
Jujur sehingga menjadi orang yang sedang tidak baik. Atau berbohong dan menjadi orang yang baik.

Ah, tapi kenapa harus berbohong kalau mau jadi baik? Itu kan tidak baik. Juga kalau kemudian jujur, apakah semuanya akan baik-baik saja?

Pusing, yes?
Sama.

20:17. Balkon lantai 2.    

1 komentar:

penuliscemen said...

Kak Fhia galau bet. Tapi gpp kak, banyaknya hal yang digalauain akan bertambah seiring bertambahnya umur :D

 

tentangku © 2010

Blogger Templates by Splashy Templates