Judul: Muhammad, Para Pengeja HUjan
Pengarang: Tasaro GK
Penerbit: PT Bentang Pustaka
Cetakan I: Mei 2011 – 687 halaman
Harga: Rp 99,000,-
Buku pertama yang aku baca di tahun 2012. Bersyukur banget karena ada
yang berkenan ngasih buku ini buat kado *yang merasa dilarang gede rasa*.
Buku kedua (ulasn buku pertama ada disini)dari Trilogi Novel biografi karangan Tasaro GK punya daya
tarik yang kuat sehingga rasanya tangan nggak mau berhenti membalik halaman
berikutnya. Sayang rasanya kalau harus berhenti di tengah jalan. Meski butuh
waktu 3 hari untuk menyelesaikannya, (I must confess that kecepatan membaca aku
menurun. Don’t know why) I really enjoy it.
Sama seperti buku pertamanya, novel ini punya dua sudut pandang. Sejarah
hidup Rasulullah dan cerita fiksi tentang Kashva. Masih dengan gaya penulisan yang penuh dengan bahasa sastra yang indah bikin menggugah hati dan nggak ngebosenin. Nggak jarang juga bikin merinding dan terenyuh saat kisah hidup Rasulullah diulas.
Kisah hidup Rasulullah yang digambarkan di buku kedua adalah tentang
orang tuanya, masa kecilnya, kehidupan anak istrinya juga perang yang dihadapi
sampai wafatnya Rasulullah. Namun sebagian besar adalah kisah tentang sahabat,
khusunya Abu Bakar. Karena masih berharap disuguhkan kisah tentang Rasulullah
tapi yang banyak dibahas adalah tentang kepemimpinan pasca Beliau wafat. Inilah yang bikin aku merasa anti klimaks.
Sedangkan kisah Kashva berlanjut tentang ‘temannya’ di Tibet. Tujuannya
untuk belajar agama-agama baru dan memurnikan Zardusht sedikit terpecah sejak
ia terpisah dengan Xerxes. Sebenarnya masih banyak tanda tanya yang
berseliweran tentang potongan-potongan kisah Kashva. Apalagi cerita ini
diakhiri dengan cara yang sangat menegejutkan.
Bikin penasaran. Berharap semoga buku ketiganya segera keluar.
Words from "Muhammad, Para Penggenggam Hujan" :
~ hlm 89
Kenangan, alangkah hal-hal paling sederhana sekalipun menjadi
menakjubkan ketika dikenang dengan hati yang tenang
~hlm 91
Memahami kekuatan sendiri dan kemampuan musuh, bekal untuk berperang
dengan kemungkinan besar menjadi pemenang. Tahu kekuatan sendiri tapi tak
mengerti kekuatan musuh memangkas keunginan menang menjadi separuhnya.
~ Atusa, hlm 207
Jika kisahmu diulang seribu tahun setelah kepergianmu, maka mereka
yang mencintaimu akan merasakan kehilangan yang sama dengan para sahabat yang
menyaksikan hari terakhirmu, wahai Lelaki Yang Cintanya Tak Pernah Berakhir. Mereka
membaca kisahmu, ikut tersenyum bersamamu, bersedih karena penderitaanmu,
membuncah bangga oleh keberhasilanmu, dan berair mata ketika mendengar berita
kepergianmu. Seolah engkau kemarin ada di sisi, dan esok tiada lagi.
~hlm 345
Menahan kebencian justru menghabiskan diri kita sendiri
~hl m 400
Tanyakan kepada dunia apa itu cinta? Jika bukan oleh bentang waktu
yang panjang, genap dengan sukacita dan kegetiran, bagaimanakah caranya
mengukur kedalaman cinta?
~hlm 418
Dalam sebuah perang, siapa sebenarnya yang jadi pemenang?
~hlm 498
Ingatlah ada orang yang membencimu, tapi ada juga yang menyukaimu. Begitulah
terkadang orang benci kebenaran dan menyukai kejahatan.
~hlm 643
Tweet |
0 komentar:
Post a Comment