April 21, 2016

Hari Kartini dengan Segala Kehebohannya

meski nggak pake kebaya, kita tetep semangat kerja

21 April.

Kalau kamu di Indonesia, maka kamu mesti tau kalau hari ini diperingati sebagai Hari Kartini. Siapa Kartini, aku pikir kamu cukup baca buku sejarah, baca tulisan-tulisannya, googling juga boleh, tapi jangan jadikan itu sebagai dasar. Internet bisa memuat apa saja. Baik buruk. Benar bohong. Bahkan tulisan ini sebentar lagi juga akan ada di google, kalau kamu mencari dengan keyword yang tepat. Juga kalau kamu buka twitter, lalu melihat twitwar tentang Hari Kartini, atau postingan-postigan hasil copy-paste artikel orang, pengamat, ahli, siapapun itu di grup-grup Whatsapp, atau BBM tentang polemik ke-kartini-an yang ke-kini-an sampai dikaitkan dengan rekayasa sejarah, maka yakinlah kamu memang sedang berada di Indonesia.

Hampir setiap tahun. Sejak jejaring sosial online menjadi dunia yang mudah untuk kita jangkau dan kita masuki, apa saja bisa dibahas, dibagi, dikritisi. Tentang apa saja. Termasuk Hari Kartini.

Seperti pagi ini, ada teman yang nge-twit: udah ada yang twitwar bahas kartini bukan pahlawan kah?

Lucu, yes?

Iyalah lucu. Sampai pada hafal kalo tiap tahun, tiap momen, apa aja bakal jadi bahan buat adu pendapat, kritik sana sini, twitwar, dll. Jadi deh debat tak berkesudahan. Padahal belum tentu juga hal penting, Contohnya, kenapa mesti pake kebaya? -_-"

Aku nggak tau, apakah SK Presiden RI no. 108 tahun 1964 tentang penetapan R.A Kartini sebagai pahlawan nasional udah dicabut atau belum. Kalau memang belum pernah dicabut maka benarlah adanya R.A Kartini adalah pahlawan nasional Indonesia. Maka hal itu nggak perlu dipermasalahkan lagi.

Lalu kenapa mesti diperingati? Ada banyak jawaban. Dari yang paling baik, netral, sampe yang paling ekstrim. Tergantung kita mau memilih yang mana.

Pertanyaan yang sering muncul selanjutnya adalah; kenapa mesti sosok Kartini? Kenapa nggak pahlawan perempuan lainnya, seperti Cut Nyak Din, Rohana Kudus, Dewi Sartika, atau Martha Christina Tiahahu? Well, lagi-lagi akan ada banyak jawaban. Dan lagi-lagi, terserah mau memilih jawaban yang mana. 

Hanya saja yang mesti diingat adalah, tanggal 21 April merupakan hari lahir Kartini yang kemudian diperingati sebagai salah satu hari penting (atau hari besar?) tapi tidak dijadikan hari libur nasional. Namanya saja Hari Kartini. Kalau mau, mungkin kita bisa mengajukan proposal atau surat permintaan ke pemerintah untuk menjadikan tanggal 20 Desember sebagai Hari Rohana Kudus, atau 4 Desember sebagai Hari Dewi Sartika. Sekalian diajukan sebagai hari libur nasional juga bagus. Kalau disetujui, seluruh pegawai apalagi aku akan bersukur, karena bertambah satu hari libur. Hahaha. Mudah-mudahan aja pemerintah mau, kan yang penting usaha J  

Sepertinya dunia akan lebih indah kalau kita cukup mengambil nilai-nilai positif dari semangat Kartini. Bahwa pendidikan adalah penting, apalagi bagi perempuan. toh, Rohana Kudus juga bilang begitu. Kalau ada yang beda, kita jadikan sesuatu yang memperkaya diri saja. Kalau ada yang tidak sesuai, ya cuekin saja. Tidak ada salahnya toh? Dengan kita mengapresisasi satu hal alih-alih mendebatnya, wawasan kita bisa makin luas. 

Taken from @infosumbar, credit to @ajhojie

Kalau sebelumnya Hari Kartini sudah ‘terlanjur’ terkenal, boleh juga tuh kita jadikan hari lahir pahlawan wanita lainnya sebagai trending topic di jejaring sosial. Mana tau pemerintah tergerak hatinya, karena melihat rakyatnya bisa selalu ingat dan menghargai semangat pahlawan terdahulu.

Kemudian, stop comparing. Perempuan nggak suka dibanding-bandingkan. Tandanya kamu nggak terima aku apa adanya #loh. Emangnya enak dibanding-bandingin sama orang lain? Masing-masing pahlawan punya jalan hidup dan perjuangan yang berbeda. Siapapun bisa kita tiru semangatnya. Kalau kemudian diperingati secara khusus atau tidak, biarlah itu menjadi sesuatu hal lain yang mungkin bisa dibahas di ruang tersendiri pula.  

            Males aja sih, kalau jadi ribut gini. Membahas kartini adalah membahas kompleksitas. Semua unsur dari berbagai sudut pandang; budaya, suku, agama, politik, sosiologi, gender, daaaaan masih banyak lagi.

Berbagai perbedaan pendapat kita jadikan pengetahuan aja, yes? Buktinya ketika hari ini aku sengaja melemparkan pertanyaan iseng ke group whatsapp temen-temen blogger, organisasi, dan random ke beberapa orang jawabannya ya beragam.

Yah begitulah. Mau twitwar kayak gimana juga, paling cuma sehari ini aja kan. Besok udah nggak dibahas lagi. Terus lupa. Sampai 21 April tahun depan. Haks.


P.S: makasi buat teman-teman yang bersedia aku kasi pertanyaan. Jawaban teman-teman semua jadi inspirasi tulisan ini. 


0 komentar:

 

tentangku © 2010

Blogger Templates by Splashy Templates