March 19, 2015

[review] Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah - Agustinus Wibowo


Judul : Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah
Penulis: Agustinus Wibowo
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Halaman : 528 halaman
Cetakan Kedua: Juni 2011 
Rating : 5 of 5 stars

Garis batas membuat hidup manusia penuh warna. Berkat garis batas, ada negri-negri berbeda, bangsa-bangsa berbeda, beribu bahasa dan makanan khas, adat istiadat. Bayangkan jika di dunia ini dihuni oleh semua yang sama persis, berwajah sama, bahasa sama, punya impian dan agama yang sama,..., betapa membosankannya. – Hal. 82
This book is really awesome!
Pertama, aku baru tau dari buku ini, kalau Uni Soviet pecah menjadi Tajikistan, Kirgizstan, Kazakhstan, Uzbekistan, dan Turkmenistan. They’re all brothers, naturally.
Kedua, aku juga baru tau meskipun berasal dari masa lalu yang sama, masa lalu Soviet, masing-masing punya perbedaan yang mencolok, baik secara infrastruktur, kondisi sosial budaya bahkan falsafah hidup yang dianut. Seolah ingin menghapus jejak ‘Soviet’ dari dalam dirinya dan melupakan masa lalu, negeri-negeri Stan ini mencari identitas kedaulatan, medefinisikan negeri masing-masing berdasarkan versi mereka sendiri.
Dibawah sadar, sebenarnya terpendam identitas kebangsaan kita, yang mendefinisikan dengan orang-orang mana saja kita bisa menyebut saudara sebangsa. Ada pula sejarah bangsa, memori kolektif yang mengikat kita dengan orang-orang dengan perasaan senasib sepenanggungan, walaupun sejarah  dan identitas bangsa bisa direka, didefinisikan, dihapus, dilupakan, dimodifikasi, atau bahkan diciptakan dari yang tak ada, tapi tetap punya kekuatan spiritual –terkadang magis- untuk mempersatukan jutaan individu di bawah panji-panji yang sama. Ini berkaitan dengan sifat dasar manusia sebagai makhluk sosial yang selalu mencari kumpulan dan komunitas tempat ia bisa mengafiliasikan diri. – hal. 395
Garis Batas disajikan dalam 5 Bab. Setiap bab bercerita tentang masing-masing negara. Tidak hanya mengenai keindahan atau kekurangan setiap negara, Agustinus Wibowo juga mengisahkan pengalaman yang berbeda-beda dari mulai masuk hingga keluar di setiap perbatasan. Maka yang membedakan tulisan Agustinus Wibowo dari traveller atau backpacker lain adalah, ia tidak pernah luput menceritakan tentang bagaimana interaksi sosial bermasyarakat di setiap tempat yang berhasil dikunjungi.    
Tajikistan, dengan ibu kotanya Dushanbe, merupakan negara terkecil sekaligus termiskin dibandingkan dengan Stan-Stan lainnya. Tapi siapa sangka tidak ada yang buta huruf di negara ini. Disini juga terkenal dengan birokrasi yang rumit dan ‘apa-apa mesti bayar’ (sounds like Indonesia? #sigh)

Kirgizstan, masih mirip dengan Tajikistan dalam hal korupsi dan keganasan polisi. Minum vodka dan bir adalah kebutuhan bahkan bisa dibilang lebih penting daripada makan meskipun negara ini bukanlah negara kaya.   

Adalah Kazakhstan, negara yang memiliki luas wilayah paling luas dibandingkan 4 negara pecahan lainnya. Luas wilayahnya menempati urutan kesembilan di dunia tapi penduduknya nggak sampai 16 juta jiwa (pada saat itu). Apa ibu kota Kazakhstan? Well, menjawab pertanyaan ini tidak semudah menjawab pertanyaan apa Ibu Kota Indonesia *ya iyalah* Ternyata negara ini udah beberapa kali pindah ibu kota. Silakan baca sendiri, karena akan terlalu panjang kalau ditulis di sini.

Berikutnya Uzbekistan, biasa kita singkat Uzbek. Terkenal sebagai salah satu pecahan Soviet yang paling anti Rusia. Ada beberapa hal yang unik dari Uzbekistan. Katanya, ada peraturan di sana: Uang yang dibawa keluar Uzbekistan tidak boleh lebih dari uang yang dibawa masuk. Nah loh? Jadi pada saat di perbatasan, semua benda yang dibawa harus ditulis dengan jelas. Yep, every single thing. Hal unik lainnya, dan yang paling menarik hati aku waktu baca, adalah tentang pernikahan di Ferghana, salah satu daerah di Uzbekistan. Mengutip kata penulis: Tidak pernah ada senyum terhias di wajah pengangtin perempuan Uzbek. Gimana nggak, pengantin perempuan Uzbek sebelumnya tidak mengenal lelaki yang akan dinikahinya. Makanya lirik lagu pernikahan di Uzbek adalah: jangan menangis, gadis, jangan menangis.

Terakhir Turkmenistan. Kayaknya ini adalah negara yang paling maju deh daripada saudaranya yang lain. Seluruh rakyatnya merasa cukup dengan yang ada di negaranya. Segala sesuatunya serba murah. Pelayanan kesehatan. Listrik, air, gas, disediakan gratis oleh pemerintah. Tapi, sayangnya, Turkemnsitan termasuk negara yang mengisolasi diri dari dunia luar.

I like how Agustinus describe each country. Ga ada rasa bosen karena kita selalu disuguhkan dengan kisah yang nggak disangka-sangka. Juga ada halaman yang berisi foto full colour yang diambil dari sisi unik masing-masing negara.
Jarak adalah sebuah garis batas, tetapi jalinan perasaan adalah penembusnya. – Hal. 508   
Dan hei, dari buku ini aku juga mulai bisa memaknai garis batas. Tapi jangan cerita di postingan ini deh. Kepanjangan.
Tetapi pernahkah kita membayangkan menjadi warga sebuah negara yanh tidak mendapat perlakuan dunia? .... Atau jika anda terlahir sebagai orang Rohingya, sampai terkatung-katung di Indonesia, karena dibantai dan tidak diakui harkat kemanusiaannya oleh negara asalnya di Myanmar? Atau bangsa Palestina yang kehilangan tanah airnya, memegang ‘paspor Mesir untuk Pengungsi Palestina’ dan tidak bisa lagi menginjakkan kaki ke tanah kelahirannya. – Hal. 422

0 komentar:

 

tentangku © 2010

Blogger Templates by Splashy Templates