Atribut LO |
bersama Koor LO (yang di belakang) |
Beberapa hari eh, 2 hari deh, menjelang Tour de Singkarak 2014.
3 tahun berturut-turut menjadi LO a.k.a Liaison Officer meninggalkan banyak cerita dan pengalaman. Meskipun sekarang hanya tinggal kenangan karena nggak bisa lagi menjadi bagian dari kemeriahan ajang balap sepeda tahunan yang diadain oleh Kemenparekraf *duile bener nggak sih ini tulisannya* *kalo salah kan malu-maluin* *ntar disuruh ulang lagi jadi LO baru tau* #appeu.
Boleh lah ya sekedar berbagi cerita, mengenang kembali masa-masa ‘jaya’ plus bahagia. Gimana nggak, lha wong kerjaannya jalan-jalan, dibayar lagi! Siapa yang nggak mau? Bisa sekalian latihan Bahsa Inggris pula. Wuih deh pokoknya.
Full Team |
3 tahun. 3 kali. Sebanyak itu aku dipercaya untuk memandu tim dari negara Taiwan. 2011, bersama Fuji Cyclingtime[dot]com, meskipun sekarang tim nya sekarang udah bubar. 2012 dan 2013 aku disandingkan buat Action Cycling Team, yang sekarang berganti nama dan status (udah jadi Continental Team) jadi Team Gusto. Aku jadi heran, kok dapetnya Taiwan terus ya? Yaudahsih, mudah-mudahan aja suatu saat bisa kesana.
Menjadi Liaison alias penghubung itu susah-susah gampang. Beruntung lah kalau dapat tim yang riders dan officialnya bisa berbahsa Inggris, atau timnas Indonesia sekalian. At least, nggak akan ada kesulitan berarti dalam berkomunikasi. Beda sama Taiwan. Bersama ACT yang sebagian besar riders nya nggak bisa bahasa Inggris itu bikin #sigh moment banget! Karena disana kita mesti belajar satu bahasa universal; Bahasa Tubuh. Untungnya mereka mau belajar. Bahkan sepertinya mereka termotivasi untuk bisa berbahasa Inggris setelah aku bilang percuma jadi Atlet Internasional tapi tiap mau presscon mesti bopong-bopong translator *silahkan bayangkan gimana kira-kira nyampein ini pake bahasa tubuh*
dinner beberapa LO |
Comissaire 2, |
ini U-21 lho |
Tahun kedua bersama ACT, officialnya ganti. Nggak ada perempuan, otomatis aku jadi yang paling cakep diantara mereka J.
1 juni 2013, adalah hari kedatangan tim ke Indonesia. Hari itu juga aku wisuda. Alhasil aku nggak menyambut kedatangan mereka di bandara dan dengan terpaksa ‘menitipkan’ ke LO yang lain. Yang berkesan lagi, aku ngalamin yang namanya ‘kecelakaan’. Yep, kecelakaan, literally. Waktu itu di Etape 1 menuju Bonjol. Kan jalannya belok-belok tuuuh, dan entah kenapa, pas lagi belok, eh mobilnya hampir masuk sungai di sisi kanan. Pas juga aku duduk di sisi kanan, belakang supir. Di kiri aku ada icebox buat nyimpen stock minuman dan makanan buat feeding (ngasi minum dan makan selama racing sedang berlangsung) yang otomatis bergeser ke arah aku karena kemiringan mobil. Untung aja nggak ketindihan. Sedikit lagi. Tuh mobil udah goyang-goyang karena tinggal satu ban belakang yang nahan di sisi jalan dan satunya lagi nyangkut di ranting-ranting pohon. Sayang, fotonya (warga setempat yang ngambil foto, trus driver team aku minta kirimin juga ke hp nya) udah aku hapus dari hp. Waktu itu takut kalau ada anggota keluarga di rumah yang ngutak-ngatik trus liat, trus nanyain dan ntar malah ngelarang nggak bole kemana-mana lagi.
Pre Race |
Pelepasan Tukik |
Bareng Ryan, Palanta-ers juga. |
Moment paling
deg-degan adalah ketika racing.
Alhamdulillah, 3 kali itu juga aku dibolehkan ikut dalam racing car, mobil yang mengiringi riders saat racing. Kita nggak
dibikin dan nggak boleh ngantuk
selama racing berlangsung. Satu lagi. Nggak boleh minta berhenti buat pipis! Aplagi
kalau perempuan. Bakal repot. Makanya waktu Etape 3 sepanjang 208 km, aku
bersyukur ada kejadian dimana racing dihentikan sebentar karena ada pohon
runtuh di Kelok Maninjau. Di waktu yang sempit itu, aku minta tlg sama penduduk
setempat untuk dianterin ke pemukiman terdekat karena di tkp nggak ada rumah penduduk buat
numpang pipis. What a day!
Jadi, selama
racing team car diizinkan ngasi minum dan cemilan buat riders setelah diizinkan
Comissaire alias yang jadi juri dan
bertugas buat ngeliatin jalannya racing. Driver mesti hati-hati dalam mengatur
kecepatan untuk mengiringi riders yang juga lagi ngayuh sepeda sambil
bertransaksi botol minuman atau makanan. Driver juga mesti awas dengan keadaan
sekitar karena bakalan ada riders yang mengejar dari belakang mobil dan bisa
jadi nggak keliatan. Atau mesti sabar buat ngadepin klakson dari mobil team
lain yang juga mau ngejar ridersnya di depan kita . apalagi kalau jalan sempit.
Uh, seru deh!
Well, overall...
I thank God to give me that chance. Temen-temen aku jadi makin
banyak. Sesama LO juga selalu ngumpul tiap malam buat tukar cerita tentang tim
masing-masing. Yang paling penting, karena TdS aku bisa keliling Sumatra Barat.
ada photo-boothnya |
Tweet |
5 komentar:
Fhia curang, ayah indak baajak. Kalau ayah sato kan banyak foto awak tu :P
iyaaa...sayang waktu itu belum kenal ayah. kalau ayah ikut, ayah pakai rompi merah alias Media. trus fia bisa difoto-foto deh :D
Hai Kak, aku baru aja baca pengalamannya... menyenangkan sekali bisa menjadi bagian dalam acara di kota sendiri ya. What a great moment..
Gimana ya Kak caranya bisa ikut jadi LO di acara TDS?
Maria: waktu itu ada open recruitment nya, coba cari infonya, biasanya ada.
Waktu itu dpt info d mn mb?
Post a Comment