April 18, 2013

Tentang Pilihan dan Memilih

Memilih.
Mau tidak mau, suka atau tidak kita akan selalu memilih. Mau makan apa, mau pakai baju apa, mau kemana, mau kuliah dimana, mau kerja dimana, dst, dst.
Manusia  tak jarang yang merasa kebingungan ketika dihadapkan dengan pilihan. Pilihannya banyak, bingung. Pilihannya sedikit juga bingung. Ga ada pilihan? Ya memilih juga. . Pilihannya akan berubah menjadi memilih atau tidak memilih. Nah, saya mulai bingung.
Semakin banyak pilihan justru semakin manusia merasa bingung. Bingung gegara berbagai pertimbangan: resiko, dampak, kepentingan, kecenderungan. Internal atau eksternal.
Kalaupun pilihan itu cuma dua toh ternyata tidak lantas kemudian memudahkan si pemilih. Kalau tidak A ya B. Efek ketika memilih satu diantara mereka semakin besar untuk berbeda. Perubahan-perubahan yang mungkin akan dibawa dari pilihan tersebut justru membuat pemilih semakin membutuhkan waktu lama, kematangan berpikir, dan kesiapan akan konsekuensi setelahnya. Nggak jarang juga yang pada akhirnya memilih untuk mengambil pilihan secara gambling.
There are some well-known statements about choice:
I don’t have any choice,
Aku ga punya pilihan,
Aku bisa apa,
dsj, dsj, dsj
Tetap saja. Akui saja kalau sebenarnya kita punya pilihan: memilih atau tidak.
Terlepas dari segala konsekuensinya. Yang membedakan adalah dorongan apa yang membuat kita memilih. Keterpaksaan kah? Atau keihklasan? Mungkin itulah yang menjadi pilihan ketika diharuskan untuk mengambil pilihan yang dipilih orang lain. Yes, we have many things that we can’t control. Maka, posisi pilihan pun bergeser. Ikhlas atau tidak. Memilih untuk mengumbar rasa kesal, ngomel, ngeluh, ATAU legowo, nrimo, dan menyimpan rasa tidak enak dalam hati.
Yah, karena kita hidup tidak sendiri. Orang lain yang berpengaruh dalam hidup terkadang juga menjadi pertimbangan besar saat kita dihadapkan dengan situasi memilih. Apalagi kalau pilihan itu menyangkut orang tua, pasangan hidup, atasan atau mungkin kemaslahatan hidup orang banyak. Terkadang pilihan juga terkendala dengan izin atau restu. Apakah kemudian pilihan kita direstui atau tidak. Kalau tidak maka pilihan berikutnya: patuh atau berontak. Nah,ini akan menjadi bahasan baru yang bakal lebih panjang lagi kalau dijelaskan disini.
Maka berbahagialah orang-orang yang memiliki hak ini secara asasi Benar-benar memilih sendiri, menerima masukan dan saran orang lalu memilih sendiri langkah-langkah dalam hidupnya.  Tidak mengambil pilihan dengan paksaan atau bahkan dipilihkan orang lain. Bagi yang tidak? Sejatinya itu menjadi moment bagi manusia untuk belajar berkompromi (bahkan kalu bisa sih berdamai) dengan keadaan meski pahit

#selfnote.
06.04.2013     

2 komentar:

penuliscemen said...

hidup adalah pilihan, menjadi solo juga kadang pilihan kak.. eaaa *dicekek kak fhia* :))

Fhia said...

Emeeeeeeen *cekek emen*
Tp suatu saat kak akan memilih featuring deh. Ga mau solo terus.. :p

 

tentangku © 2010

Blogger Templates by Splashy Templates