Seseorang berkata kepada dirinya sendiri, seseorang bicara kepada dirinya sendiri, berseru kepada dirinya sendiri tanpa memecahkan keheningan luar. Terjadi kekacauan hebat, semua yang ada pada diri kita berbicara kecuali mulut. Walaupun demikian kenyataan yang ada pada jiwa tetap merupakan kenyataan karena mereka tidak terlihat dan dapat dirasakan.(hlm. 357)
Agak sedikit terganggu dengan pemaparan awal tentang Uskup Kota D alias yang
begitu panjang. Bahkan aku hampir menyerah kalau saja keseluruhan buku ini
hanya menceritakan siapa sosok Uskup ini. Untungnya nggak jadi sih. Karena di
bagian berikut muncul beberapa tokoh lain yang terkoneksi dalam satu benang
merah. Les Miserables memang bercerita tentang beberapa tokoh dalam kehidupan
Prancis abad 19. Victor Hugo membangun sebuah kompleksitas dari kisah cinta, spiritual, kemiskinan, politik, sejarah,
juga sistem sosial masa itu.
Les Miserables
sebenarnya termasuk Big Book. Tapi sayangnya versi yang aku baca adalah keluaran
terbaru dengan cover film, yang mungkin merupakan versi ringkas (atau tidak
selesai?). Ending yang gantung bahkan tanpa ada cerita tentang Cossette. That’s why I li’l bit surprise when watch
the movie.
Tentang emosi saat membaca? aah...it's more than just emotion. Pada beberapa kisah Jean Valjean dan Frantine, pembaca tidak hanya diajak bermain dengan perasaan tegang, iba, atau penasaran. Tapi juga diajak menelusup lebih dalam untuk berfikir dan bertanya pada hati.
Tweet |
1 komentar:
bolehkah aku meminjam novel ini kak? aku sudah lama menginginkannya.
Post a Comment