Lagi-lagi
rejeki waktu nemu dua dari Trilogi Warna ini dengan harga diskon. Termasuk wishlist
di Goodreads karena uda @Melviyendra, seorang editor asal Payakumbuh, Sumatra
Barat bikin ulasan buku ini dan nulis bahwa ceritanya tentang perempuan, which I always interested in.
Pertama kali baca novel grafis,
selalu dibilang komik sama temen-temen -___-“
Kim
Dong Hwa, mengisahkan tentang seorang anak gadis bernama Ehwa, dibesarkan oleh
Ibunya yang single parent di daerah
Namwon, Korea. Perubahan fisik, psikologis, dan kematangan berfikir yang
terjadi pada diri Ehwa ternyata mengusik dirinya. Sang Ibu sebagai sosok yang
lembut kerap menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan perumpamaan yang tidak
vulgar, santai dan cocok untuk anak yang beranjak remaja. Contohnya ketika Ehwa
bertanya tentang bagaimana seorang anak bisa muncuk ke dunia, beginilah Si Ibu
menjawab:
Dengan penuh kebahagiaan kau akan menerima benih si bayi dan melalui rasa sakit kau akan melahirkan seorang bayi. Tapi inilah yang membuatmu menghargai dan menyayangi anakmu
(hlm. 67)
Analaogi
yang dipakai dalam novel ini terasa begitu lembut. Hujan musim semi dipakai
sebagai perumpamaan perubahan kedewasaan dalam diri Ehwa. Sayang aja, di
Indonesia cuma ada 2 musim.
Muda maupun tua, perempuan makhluk yang aneh. Bersama datangnya setiap musim semi, pikiran mereka semakin matang. (hlm. 37)
Kemudian bunga sebagai perumpamaan seorang
perempuan. Dari novel ini juga aku ‘belajar’ mengenal tentang bunga. Yep, to be honest, aku nggak terlalu suka
bunga. Bahkan belum pernah dikasih bunga. Eh, udah dink, waktu wisuda. Tapi yang
ngasi perempuan #kode. Banyak jenis bunga
yang disebut, seperti Dandelion, Kamelia, Tiger Lily, Azalea, Hollyhock, sampai
Bunga Labu.
Hati seorang wanita merekah jadi bunga dan bernyanyi bagai burung hanya karena hujan yang tak diundang tahu-tahu singgah (hlm. 108)
Seorang wanita dapat menjadi ratusan jenis bunga sepanjang hidupnya (hlm. 158)
Aku
suka dengan kisah Ehwa dan Ibunya yang sarat akan kasih sayang, keterbukaan,
dan quality time yang mereka punya. Memang nggak ada yang bisa gantiin posisi Mama
kalau mau cerita. Yaah...sedekat apapun anak perempuan ke Papa, ada beberapa
hal yang hanya bisa diceritakan ke Mama lebih dulu.
Satu
lagi, gaya bahasanya. Puitis.
Apakah wanita makhluk yang sangat rumit? Atau sinar matahari musim semikah yang rumit? (hlm.196)
Di dunia ini semua orang bekerja keras untuk bertahan, tapi setidaknya kita bisa mendapatkan sedikit kesenangan dari kerja keras kita itu (hlm. 199)
Inilah caraku menunjukkan cinta. Selalu ada semangkuk sup hangat siap untuk seorang laki-laki yang tidak engatakan kapan atau pada pukul berapa ia akan tiba (hlm. 259)
Tweet |
0 komentar:
Post a Comment