February 13, 2014

[review] Warna Tanah - Kim Dong Hwa

 
Lagi-lagi rejeki waktu nemu dua dari Trilogi Warna ini dengan harga diskon. Termasuk wishlist di Goodreads karena uda @Melviyendra, seorang editor asal Payakumbuh, Sumatra Barat bikin ulasan buku ini dan nulis bahwa ceritanya tentang perempuan, which I always interested in.

Pertama kali baca novel grafis, selalu dibilang komik sama temen-temen -___-“

Kim Dong Hwa, mengisahkan tentang seorang anak gadis bernama Ehwa, dibesarkan oleh Ibunya yang single parent di daerah Namwon, Korea. Perubahan fisik, psikologis, dan kematangan berfikir yang terjadi pada diri Ehwa ternyata mengusik dirinya. Sang Ibu sebagai sosok yang lembut kerap menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan perumpamaan yang tidak vulgar, santai dan cocok untuk anak yang beranjak remaja. Contohnya ketika Ehwa bertanya tentang bagaimana seorang anak bisa muncuk ke dunia, beginilah Si Ibu menjawab:
Dengan penuh kebahagiaan kau akan menerima benih si bayi dan melalui rasa sakit kau akan melahirkan seorang bayi. Tapi inilah yang membuatmu menghargai dan menyayangi anakmu
(hlm. 67)

Analaogi yang dipakai dalam novel ini terasa begitu lembut. Hujan musim semi dipakai sebagai perumpamaan perubahan kedewasaan dalam diri Ehwa. Sayang aja, di Indonesia cuma ada 2 musim.
Muda maupun tua, perempuan makhluk yang aneh. Bersama datangnya setiap musim semi, pikiran mereka semakin matang. (hlm. 37)

 Kemudian bunga sebagai perumpamaan seorang perempuan. Dari novel ini juga aku ‘belajar’ mengenal tentang bunga. Yep, to be honest, aku nggak terlalu suka bunga. Bahkan belum pernah dikasih bunga. Eh, udah dink, waktu wisuda. Tapi yang ngasi perempuan #kode.  Banyak jenis bunga yang disebut, seperti Dandelion, Kamelia, Tiger Lily, Azalea, Hollyhock, sampai Bunga Labu.  

Hati seorang wanita merekah jadi bunga dan bernyanyi bagai burung hanya karena hujan yang tak diundang tahu-tahu singgah (hlm. 108)
Seorang wanita dapat menjadi ratusan jenis bunga sepanjang hidupnya (hlm. 158)

Aku suka dengan kisah Ehwa dan Ibunya yang sarat akan kasih sayang, keterbukaan, dan quality time yang mereka punya. Memang nggak ada yang bisa gantiin posisi Mama kalau mau cerita. Yaah...sedekat apapun anak perempuan ke Papa, ada beberapa hal yang hanya bisa diceritakan ke Mama lebih dulu.
Satu lagi, gaya bahasanya. Puitis.

Apakah wanita makhluk yang sangat rumit? Atau sinar matahari musim semikah yang rumit? (hlm.196) 
Di dunia ini semua orang bekerja keras untuk bertahan, tapi setidaknya kita bisa mendapatkan sedikit kesenangan dari kerja keras kita itu (hlm. 199) 
Inilah caraku menunjukkan cinta. Selalu ada semangkuk sup hangat siap untuk seorang laki-laki yang tidak engatakan kapan atau pada pukul berapa ia akan tiba (hlm. 259)

0 komentar:

 

tentangku © 2010

Blogger Templates by Splashy Templates