Haruskah kita menjadi sedih atas komentar
orang lain terhadap diri kita? Sebenarnya, apa yang orang lain tahu tentang
kita? Bahkan orang terdekat kita sekalipun, orang tua, suami/istri masih tidak
bisa dengan gamblang membaca jalan pikiran atau ikut merasakan tepatnya suasana
hati kita. Kita juga tidak akan pernah paham pada apa yang terlintas di pikiran
orang lain. Saat kita memandang wajah seseorang, kita hanya bisa menebak-nebak
apa yang ada di balik lengkung bibirnya,kedipan matanya, tulang pipi, atau
apapun. Tidak bisa memastikan.
Mau tidak mau kita harus mengakui bahwa
setiap manusia bangga terhadap apa yang dialaminya. Pengalaman ataupun
penderitaan itu unik. Tidak ada yang lumrah. Tidak ada yang sama. Semua hanya
melebur dengan yang lain.
Dengan terbangnya waktu, bertambahnya
usia, rasanya hal-hal kecil dalam hidup menjadi lebih bermakna. Pertanyaan demi
pertanyaan filosofis tak henti-hentinya mengganggu tercapainya kestabilan diri.
Mungkin itu akar kelimbungan manuisa. Tapi mungkin disitu juga benih kedewasaan
tumbuh.
Rumah. Malam 10 Zulhijjah.
Tweet |
0 komentar:
Post a Comment