“Jika kamu
mencintai Hujan, jangan hanya mau pelanginya saja. Tapi juga badai dan
petirnya.”
Itu adalah salah satu kalimat dari hasil blogwalking di beberapa masa lalu. Aku lupa itu punya siapa. Dan ketika
kota Padang diguyur hujan lebat seharian, dari sejak aku bangun pukul 4 dini
hari sampai sekarang saat mau tidur, tiba-tiba kalimat itu terlintas lagi. Kalimat
yang penuh kekuatan. Kalau cinta, ya terima saja semuanya, jangan bagian enaknya
saja. Begitulah kira-kira bahasa awam yang otakku mengerti.
Seperti hari ini.
Hujan yang kucintai datang menemani sehari semalam tapi yang kualami tidaklah
ringan. Hari ini menjadi hari yang melelahkan. Perasaan, emosi, juga raga semua
menyatu dalam satu rasa bernama resah. Tidak hanya hari ini. Beberapa bulan
sebelumnya juga sudah sering terasa. Mulai dari konflik batin, pertanyaan filosofis
yang tiba-tiba terlintas di otak, tantangan dalam hubungan social, sampai
skripsi yang masih saja buram. Namun dalam keletihan sekarang, masih saja kau
bisa mengkhawatirkan beberapa orang disana. Aku letih. Dan aku tahu dia juga
letih. Mereka juga letih. Disela-sela keletihan ini pikiran tentang mereka toh
masih juga muncul begitu saja.
Dan sekarang aku
beranjak ke kasur. Entah kenapa mata yang sudah sayu tidak didukung oleh otak
yang masih ingin merenung. Mungkin pikiranku belum mau beristirahat dengan
tenang dalam raga yang masih terlalu letih.
Kelelahan ini mengendap dalam alam bawah sadar. Meski kemudian aku
menyadari bahwa jiwaku tidak pernah beristirahat. Padahal dia yang sebenranya
melakukan perjalanan panjang bernama kehidupan. Dia yang hidup di dalam raga. Saat
jiwa sedang letih, seringkali ada pemberontakan yang memang merepotkan. Resah. Dan
hal pertama yang dilakukan sang raga adalah menghibur diri, istirahat atau
tidur agar jiwa tadi juga relaks. Berharap keresahan itu tidak muncul lagi esok.
Begitu juga
sekarang. Aku sedang menghibur jiwaku dengan bahasa ini. Dengan kata-kata ini. Dan
malam ini, jiwaku terasa sangat tenang. Setenang hati dan fikiranku yang
berjanji untuk mencintai hujan. Tepi tentu tidak hanya pelanginya saja, tapi
juga badai dan petirnya. Dan nanti jika aku merasa lelah, aku bisa beristirahat.
Tweet |
0 komentar:
Post a Comment