December 21, 2021

Sebuah Postingan Tentang 32 Tahun

1 komentar

 Rasa-rasanya setahun kedepan sedang tak ingin memikirkan pencapaian. Di titik ini, aku menyadari bahwa setiap hari adalah pencapaian. Karena ternyata, berhasil melewati hari tanpa marah, tanpa ancaman, tanpa memburu-burui 2 balita adalah sebuah pencapaian.

Rasa-rasanya setahun kedepan boleh juga kalau lebih membuka hati dan pikiran tentang pertemanan dan hubungan-hubungan yang ingin kita pertahankan.

Dan tentu, rasa-rasanya lebih baik menghargai perjalanan sendiri. 

October 20, 2021

Hanya Setelah Sekian Lama Tidak Begini

0komentar

Pukul 01.30

Kubiarkan semangkuk sereal di pangkuanku sedikit lunak karena susu. Lampu kamar kubiarkan padam. Menjaga agar anak-anak tetap lelap disaat ibunya terjaga. Rasanya sudah lama tidak begini. Membiarkan kata-kata mengalir begitu saja. Bedanya, tidak di kertas maupun layar laptop. Pakai saja apa yang ada. Yang penting kamu mulai menulis lagi. Begitu pikiranku berkata.
Harusnya aku tidur saja. Bukan malah membiarkan pikiranku berkelana kemana-mana. Tidak ada ujungnya juga. Sambil makan pula. Haduh, kenapa harus menumpuk penyakit.
Atau mungkin ku harus mengerjakan ritual ibadah tengah malam lalu membaca buku, agar begadang kali ini bernilai manfaat?
Halah. 

October 09, 2021

Some Times Alone

0komentar

 
 

I love you, babies…

But I need to have some fun times with other things.

Sebuah kalimat yang aku ucapkan tadi pagi untuk kedua bocah. Hari Sabtu idealnya adalah hari bersama anak-anak.  Namun hari ini aku memutuskan untuk tidak memasak dan meninggalkan mereka bersama pengasuhnya, just to have some times alone. To do things I love.

Because I need it.

So I don’t need to feel guilty about it.

July 05, 2021

Welcoming Myself Back

1 komentar

Hello...I’m back.

Almost 4 years… Hampir 4 TAHUN lho, blog ini dianggurin.

Seumur anak aku yang pertama, Hadzib, dan itu berarti sejak jadi orang tua udah ga sempat menulis lagi. Apakah ini menjadi salah satu bukti bahwa menjadi orang tua itu susah? Well, maybe. Hampir sebagian besar waktu dihabiskan untuk urusan pengasuhan, kerja kantor, dan domestik. Urusan personal alias mengurus diri sendiri seringnya dikesampingkan dulu.  Eits, tapi scrolling-scrolling instagram tetep dooonk. Wkwkwk…

Officilally I’m welcoming myself back.

Aku tidak berjanji bakalan rajin menulis sih. Tapi aku berjanji akan tetap menjadikan menulis di blog as one of my passion. One of things that I put in the box, somewhere on my mind in case I ever need it again someday.

Untuk merekam isi pikiran yang sering loncat-loncat.

Untuk menemani hari-hari nanti ketika anak-anak sudah sibuk dengan dunianya sendiri.

Kupikir, menulis bisa menjadi salah satu temanku lagi selain membaca.

Karena membaca dan menulis adalah jendela dunia.

Bismillah, komisaris BUMN. #eh

June 10, 2021

[review] The Book You Wish Your Parents Had Read (and Your Children Will be Glad That You Did)

2komentar


Judul: The Book You Wish Your Parents Had Read (and Your Children Will be Glad That You Did)

Penulis: Philippa Perry 

Penerbit: Penguin Life 

Halaman: 256

 

Buku setebal 256 halaman ini secara fisik memang tidak termasuk kategori buku bantal. Tapi isinya? Doubled! Bergizi banget.

Setiap bagian seperti harus di-inap menung-kan, dipikirkan kembali dan rasanya pengen bikin highlight di setiap halaman. Mungkin itu juga yang membuat progress membacanya jadi lumayan selow.

 

Secara garis besar yang bisa diambil dari buku ini adalah:

- Validasi Perasaan, jadi baik sedang merasakan perasaan negatif seperti sedih, marah, it’s ok sebenarnya. namunkemudian penting untuk mengetahui penyebabnya dan menemukan cara yang tepat untuk menyalurkannya.

- Menciptakan pondasi yang tepat, karena persiapan parenting dimulai jauh sebelum kehamilan.

- Empati, tidak hanya kepada kepada pasangan tapi juga kepada anak.

 

Apakah isi buku ini mirip-mirip dengan buku parenting lain?

To be honest, aku belum banyak referensi bacaan parenting karena (dulu) merasa yakin aja ga ada buku yang one size fits all. Belum lagi perasaan takut overwhelming menerima informasi yang diperlukan. Apalagi teori parenting makin kemari makin buanyaaaak banget. And it's confusing me.

Eh, ternyata, ke-sotoy-an justru juga membuat bingung dalam menghadapi anak-yang-ternyata-kok-cepet-banget-gede-nya-perasaan-kemaren-masih-bayi.

Nah, daripada bingung tidak berketentuan tanpa bekal ilmu, mending bingung tapi punya bekal ilmu biar bisa pegangan. Eeaaaa...

 

Apakah buku ini bagus?

Yha...judulnya bagus. Beberapa poin bagus, meskipun tentunya ada beberapa hal yang sepertinya tidak match aja gitu ama nilai-nilai aku pribadi.

But overall, tentu buku ini worth to read kok. Nilai plusnya adalah buku ini cocok tidak hanya untuk yang sudah menjadi orang tua tapi juga calon orang tua, atau pasangan baru menikah.

 

Oh yes, I do judge the book by its title (dan rating di goodreads 😅)

 

 

tentangku © 2010

Blogger Templates by Splashy Templates