Day 3: something I have to forgive myself
for
Um…ini ide muncul darimana yah? bingung sendiri kan.
Yang jelas pasti ada momen pendukung yang
waktu itu bikin ide ‘cemerlang’ ini muncul.
What I have to forgive myself for?
I definitely can answer, for not having
graduation on 2011.
Awalnya tamat di penghujung tahun ini
adalah salah satu Goal penting dalam
hidup. Karena walau bagaimanapun, hidup setelahnya sangat menentukan. Dari segi
umur juga udah ga bisa dibilang kecil lagi (hiks, sadar) tapi dari segi sikap
dan prilaku kadang-kadang (sering) masih aja mencerminkan kayak anak-anak.
Menamatkan kuliah pas 4 tahun sebenarnya
memang target awal sepanjang kuliah. Tapi realitanya, ga segampang itu pas
dijalani. Ada-ada aja yang kejadian waktu starting
point awal proses meraih gelar sarjana. Waktu itu banyak idle time selagi menunggu nama
pembimbing keluar. Selama idle time
itu, kebetulan juga baru memasuki dunia pentrainingan di HMI. Dan dunia itu,
sungguh, sungguh, bikin candu. Di tahap ini juga aku dapat pencerahan.
‘pencerahan’ untuk meraih sesuatu di luar kampus, dan memanfaatkan masa-masa
kejayaan sebagai mahasiswa yang bebas. Merdeka!
Ternyata, ujian buat sesuatu yang bernama
skripsi ga terjadi di starting point
aja. Selesai satu masalah, ada lagi masalah. Begitu terus sampai sekarang.
Deep
inside my heart, biasa aja. Well, this is my choice. And I don’t regret it. I
mean it.
Namun, yang namanya manusia juga aku
nggak bisa bo’ong. Pas wisuda gelombang pertama angkatan 2007, tetap ada sesak
dan seperti ada sesuatu yang nyangkut di leher. Bukan karena sedih. Tapi karena
pertanyaan-pertanyaan yang sering banget mampir di kuping. Sebelnya, mama papa
aja nggak komplain. Kok mereka yang ribut? Ah sudahlah (eh, kok emosi?)
For
it’s my decision, I will face the consequences.
Yang bikin galau adalah ketika si skripsi
ini mulai menemukan titik terang, wisuda periode selanjutnya tetap ga keburu. Galau
man! Udah ngerasa tua. Dan menambah kegalauan itu adalah ketika papa mama malah
ga mempermasalahkan itu. They never
forced me. They never press me. They even emphasize not to over stress about it.
They will never accept me if I am sick because of this. Buktinya mereka cerewet
karena aku makin kurus. Begitu juga dengan etek, pak uwo, mak uwo, angah,
uning, dll (adek atau kakak mama papa). Gimana ga terenyuh? Gimana ga tega?
Disitulah, perasaan bersalah dateng. Namun
buat bisa tetap tenang jalanin hidup, All
I can do is just pray to Allah for forgiveness. For any reason, I know I have
let them down.
Tweet |
0 komentar:
Post a Comment