Tentang KIta
08.03.11 – 09:34
Aku ingin bercerita. Tentang kita.
Tentang malam-malam yang mempertemukan kita.
Tentang rasa dan logika yang menyala seterang-terangnya.
Kemudian membiarkan kita tenggelam dalam kata dan retorika.
Pena kita menari. Otak kita berpacu. Rasa kita meledak
Kita selalu menikmatinya.
Menciptakan mimpi, membangun dunia.
Aku menemanimu memandang senja yang mengantarkan kita pada malam.
Kamu, menemaniku melihat fajar yang menggiring malam kepada pagi.
Begitulah kamu. Datang mengetuk hatiku.
Begitulah aku. Belajar membuka hati yang sempat tertutup karena pernah luka.
Begitulah kita bermula.
08.04.11 – 09:34
Aku masih tidak percaya kalau itu kamu.
Beraninya kamu selalu ada di sisiku meski kita bercerita tentang seseorang di masa laluku
Beraninya kamu memintaku menemanimu menjaga komitmen ini.
Padahal rasamu untukku belum seberapa.
Tapi kamu akui kemudian rasa itu tumbuh begitu cepat dan meledak-ledak. Begitu kata mu.
Sehingga tak ada satu hariku pun tanpamu.
Ah, kamu. Beraninya kamu mengobati luka ku. Karena sepertinya sudah mulai mengering.
08.05.11 – 09:34
Aku mulai mencintai pagi.
Karena pagi yang biasanya menyatukan kita.
Dan karena setiap pagi,
Aku belajar mencintaimu dari sudut yang berbeda.
Tiba-tiba dunia melhat kita.
Begitu banyak yang tak meyakini kita.
Aku tak pernah ragu, Kamu juga tidak. Berarti mereka iri, itu katamu.
Bagaimana kataku? Aku takut.
Karena mereka bilang aku hanyalah korban permainanmu.
Yang kutau kemudian, kamu menguatkanku.
kamu senantiasa mengirim doa kepada Tuhan setiap penghujung tidurku.
Aku mencoba kuat, sayang.
Oya…Bolehkan aku memanggilmu sayang?
Karena sepertinya, kamu berhasil membuat ku jatuh cinta lagi.
08.07.11 – 09:34
Setiap hari bersamamu membiasakan ku ada kamu.
Tapi sepertinya waktu bersamamu tak pernah cukup.
Taukah kamu bagaimana rasanya setiap kali melepasmu pergi dari mataku?
Seperti ada jarum di leher, sayang..
Ada yang tersangkut.
08.08.11 – 09:34
Aku begitu terkejut dengan kamu, sayang.
Kamu mampu membuat ku jatuh cinta lagi.
Tapi, aku masih harus mengupas mu selapis demi selapis.
Meski kemudian menemukan fakta bahwa kamu sendiri masih belajar mencintaiku.
Karena kamu tiba-tiba tak lagi ada.
Tahukah kamu sayang? aku menunggumu. Meunggu secuil kabar mu hari ini.
Adakah aku terlintas di pikiranmu?
08.09.11 – 09:34
Kenapa menjadi berbeda sayang? mana doa yang tiap malam kita ucapkan bersama?
Mana kamu yang sering memantau kabarku?
Aku menunggumu. Aku merindumu.
Entah dengan perasaan seperti apa sekarang.
Dan entah dengan pengharapan seperti apa lagi.
Aku sendiri tidak mengerti, kenapa justru bersamamu menguras air mata?
Kenapa selalu berujung pertengkaran? Tak taukah kamu telah menyakiti ku?
Bukan ini yang kuinginkan.
Aku cukup letih. Aku sudah pernah terluka.
Dan kini, kau buat aku jatuh cinta, tapi kamu tidak. Untuk apa?
08.10.11 – 09:34
Tak bisakah kamu menghubungi ku hari ini sayang? bahkan sekedar membalas sms ku.
Tak taukah kamu aku rindu? Dan rasanya ngilu.
Tak taukah kamu aku mengaharapkan kamu menanyai kabar ku, hari ku, hatiku?
Taukah kamu setiap saat aku menunggu kicaumu di garis waktu ku.
Tapi kicaumu hanya sesekali muncul. Bukan teruntukku.
Apakah kamu menanti dan membaca kicauku di garis waktu mu?
Ah, rasa ini lagi. Taukah kamu? Ngilu…
08.11.11 – 09:34
Terimakasih sayang. sudah mengajariku untuk terbiasa kecewa akhir-akhir ini.
Sehingga aku tau, harapan jangan terlalu muluk. Agar kecewa tak terlalu sakit.
Dan kini aku hanya mampu menatapmu tanpa kata. Sesaat aku ragu.
Aku sedang melihat hujan, ataukah air yang memang meluncur dari mataku?
Tweet |
0 komentar:
Post a Comment