Cara Tasaro G.K membuat kalimat memang keren dan
aku suka. Sama seperti di novel Muhammad, Lelaki Penggenggam Hujan dan
Muhammad, Para Pengeja Hujan. Kekuatan bahasa dalam rangkaian cerita menjadikan
cerita tentang Kinanthi, gadis yang ‘dijual’ ayahnya seharga 50 kg beras
menjadi ‘hidup’.
Perjalanan hidup Kinanthi yang rumit
dideskripsikan dalam alur pelan namun jelas. Masing-masing latar tempat juga
dihidupkan melalui gambaran kehidupan sosial berikut paradigma masyarakatnya. Bagaimana
Kinanthi memulai hidupnya dari daerah kecil di Gunung Kidul, berpindah ke
Bandung, Arab, Kuwait, hingga ke Miami dikisahkan dengan penuh lika-liku, baik
secara psikis maupun psikologis.
Iya, ceritanya panjang. Dan sempat sedikit
membosankan di bagian TKW dan kekerasannya. Well,
that’s my subjective point of view.
Setiap tokoh punya peran masing-masing dalam
porsi yang sesuai. Apalagi ketika Kinanthi memutuskan balik ke Indonesia,
bebertapa tokoh lama muncul kembali. Sisi budaya sedikit ditonjolkan di titik
ini. Bagaimana respon penduduk desa asal Kinanthi pada umumnya ketika
kedatangan sosok dirinya yang ‘berbeda’ setelah lama tinggal di Amerika. Asyiknya,
sisi realistis sama sekali nggak dilupain oleh penulis. Ada beberapa bagian
yang memang menjadi reaksi wajar dan tidak terkesan dibuat-buat.
Tidak
hanya tentang cinta, Kinanthi: Terlahir Kembali, (atau juga Galaksi Kinanthi) juga
memadukan nilai-nilai tentang perempuan, keyakinan akan sebuah cita-cita dan
tauhid.
And what I like the most is: Question Ending!
Begitulah Tasaro menutup novel ini.
Tweet |
0 komentar:
Post a Comment