bergaya dulu sebelum masuk |
Lagi-lagi
cerita lama yang baru diposting. Gara-gara mindahin foto-foto dari hp ke
notebook aku jadi terinspirasi buat ‘nyimpen’ beberapa foto dan cerita disini.
Untuk dibaca oleh anak cucu kelak. Duile...
sebagian kecil yg ikut. dari sini aku dapet banyak temen baru |
Acara
yang disebut dengan #PiknikHijau dan aksi #SaveTurtle diadakan oleh @EHPadang
alias Earth Hour Padang. Namanya juga #PiknikHijau, jadinya kita berangkat ke
Pusat Penangkaran Penyu yang berlokasi Kota Pariaman, Sumatera Barat tepatnya di
Jl. Syekh Abdul Arif, Desa Apar, Pariaman Utara dengan menggunakan kereta.
Berangkat dari Stasiun Simpang Haru Jam 08.30, kami sampai di Pantai Gandoriah 2
jam berikutnya. Perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan angkot. Yaa...sekaligus
menggalakkan gerakan menggunakan transportasi umum. Biar hemat J
Banyak
yang nggak tau, termasuk saya, bahwa Pariaman memiliki UPT Penangkaran Penyu
yang lokasinya dikenal dengan sebutan Pantai Penyu. Terbukti ketika aku minta
izin sebelum pergi ke orang tua, beliau nggak tau kalau tempat itu ada. Begitu
juga teman-teman kantor yang langsung komentar dan bertanya-tanya ketika aku
mengganti dp BBM.
saking udah lama ga ke Pariaman, aku baru tau kalo banyak grafiti disana.
Sesampai
di tkp, kami disuguhkan video tentang kehidupan penyu. Dari lahir, eh, menetas,
kemudian berjuang ke pantai/laut, keseret-seret ombak demi memulai perantauan
untuk bertahan hidup. Adalah wajar ketika kita tahu bahwa penyu termasuk
binatang langka. Gimana nggak, dari belum lahir aja alias saat masih berupa
telur, penyu udah menghadapi banyak tantangan dan cobaan. Tau kan, banyak orang
yang mengincar telur penyu untuk dikonsumsi dan dijual.
Kemudian,
ketika sudah menetas, tukik alias anak penyu harus ‘merekam’ hal disekitarnya.
Pasir, bibir pantai, batu-batuan, semuanya! Makanya adalah hal terlarang jika
kita memegang tungkai tukik, meletakkannya di telapak tangan ataupun
membantu tukik berjalan ke bibir pantai pada saat pelepasan. Kenapa? Karena
tukik akan kembali ke pantai tempat dia menetas 30 tahun lagi sebagai penyu
yang siap untuk bertelur dengan modal ‘memori’ tadi. Nggak banyak yang bisa
bertahan selama 30 tahun itu, lho. Dari 100 tukik yang dilepaskan, cuma 10
(kalo nggak salah) yang bisa bertahan hidup. Bahkan ketika dia bertahan pun,
nggak sedikit dari mereka yang ‘bingung’ ketika mesti kembali ke pantai. Yep, the world change so fast. Tempat yang
dia tinggalkan tentu tidak akan sama lagi. Sumpah, aku baru tau tentang ini
semua di sini.
Ada 4 jenis penyu yang berasal dari Sumatera Barat;
Penyu Sisik, Penyu Lekang, Penyu Belimbing dan Penyu Putih. Jenis-jenis penyu
inilah yang dikembangbiakkan. Oiya, telur penyu baru bisa menetas dengan
tingkat kehangatan pasir yang ebrbeda-beda. Maka bapak-bapak di sini selalu
dengan sabar mengontrol hawa pasir dan memindahkan telur-telur tersebut ke
pasir yang berbeda-beda suhunya. Penyu disini dikasih makan ikan.
ngasi makan penyu |
di dalam pasir ini ada telur penyu |
Di akhir sesi, kita dikasi kesempatan buat
melepas penyu. Sayangnya dokumentasi pas moment ini nggak banyak di kamera aku.
Soalnya udah sibuk sama tukik sendiri. Ada sih, video. Call me if you want to
see.
pemandangan sekitar UPT |
Run Tukik, Run! See u next 30 years! |