gambar diambil disini |
Allah memang baik.
Tahun lalu, saat aku
resmi diangkat menjadi seorang pegawai salah satu perusahaan ternama di Sumatra
Barat, aku membuat bucketlist of trip.
Hanya daerah-daerah dalam provinsi. Tapi Allah memberiku lebih. Sekali itu aku
berkesempatan tidak hanya keluar kota, tapi juga ke luar negri, untuk pertama
kalinya dalam hidup.
Tahun ini, memasuki
tahun kedua aku bekerja, aku membuat bucketlist
baru. Kali ini targetnya luar propinsi. Meski yang lama tetap ditempel di
dinding kamar.
Lagi-lagi Allah memang
baik.
Aku diberi kesempatan
secara tidak sengaja untuk pergi lebih jauh. Siapa sangka, batal trip ke
Borobudur malah membuka peluang mengunjungi Angkor Wat. Toh tujuannya sama,
melihat sunrise dari candi.
Aku pergi membawa semua
keruwetan dalam hati dan pikiran. Mencari kesunyian terselubung. Sekedar untuk
kosong, lalu menepiskan semua yang rumit.
Aku berangkat dengan
hati tak menentu.
Deg-degan karena
pertama kalinya ke negri orang pakai pesawat terbang. Belum lagi beberapa momen yang terjadi sebelum
berangkat. Mungkin karena itu aku mengambil buku Tempat Paling Sunyi sebagai
travelmate. Ditambah suara Meghan Trainor ft. John Legend yang aku putar
berulang-ulang. We’re not promised
tomorrow, begitu katanya.
Tanpa ekspektasi
apa-apa. Aku membiarkan semua mengalir. Bagiku yang penting hati ini senang. Meskipun
pikiranku tetap saja melayang kemana-mana tanpa mengurangi kenikmatan berada
disana.
Banyak hal yang aku
lihat. Banyak yang aku rasakan. Sepanjang perjalanan. Selama menjelajahi candi.
Selama menikmati keriuhan pasar malam. Selama menunggu waktu transit ataupun
ketika mesti bermalam di bandara untuk pulang esoknya.
Apa yang aku bawa
pulang dari perjalanan ini?
Oleh-oleh.
Foto.
Apalagi?
Sepertinya aku membawa
cakrawala yang lebih luas.
Sedikit penerimaan.
Dan mungkin; hati yang
lebih lapang.
Meski ada juga yang
aku tinggalkan.
Tweet |
2 komentar:
satu lagi kak, rasa syukur yang tidak pernah putus :)
Aku suka banget postingan ini...
Post a Comment