Kamu sendiri yang selalu mengatakan bahwa tak ada yang abadi dalam politik. Yang ada adalah kepentingan. Kamu dulu adalah musuh mereka. Itu dulu. Sekarang atau besok, bisa saja mereka berkepentingan.- hlm. 70
Fiksi
ringan berlatar dunia politik Indonesia. Ditulis oleh anggota DPR RI periode
2004-2009 bercerita tentang kehidupan seorang aktivis mahasiswa bernama Broto
Dimas. Ditulis dengan sudut pandang orang ketiga di dalam cerita. Adalah Jei,
si pencerita dalam cerita. Jei adalah sahabat karib Bro semasa kuliah. Hanya
saja kemahasiswaan Jei berakhir dengan status drop out. Sehingga sangat
disayangkan Jei tidak bisa lagi ikut aksi dengan alasan, “Aku bukan mahasiswa
lagi, Bro”.
Pada
dasarnya Bro dan Jei memiliki cita-cita mulia; memberantas korupsi di
Indonesia. Cerita dimulai dari Bro yang pada saat itu menjabat
sebagai Ketua Dewan Mahasiswa, terkenal sangat vokal menyuarakan aspirasi rakyat
kecil di depan gedung DPR saat peristiwa Malari, sampai akhirnya ia merasakan bagaimana menjadi tahanan militer.
Kisah
ini berlanjut tentang bagaimana karir politik Bro di Indonesia dan mewujudkan
cita-citanya untuk memberantas korupsi. And you know what? Bro berhasil mencari
cara untuk merealisasikan niatnya. Tapi inilah uniknya buku Opera Indonesia. Cara
yang ditempuh Bro ketika menduduki posisi RI 1 adalah dengan menyuntikkan chip
didalam tubuh semua mentrinya agar semua tindak-tanduk anggota yang langsung
berada dibawah prerogatifnya dapat diawasi.
Perpaduan
politik dan teknologi. Ringan. Cocok untuk dibaca aktifis maupun mantan
aktifis mahasiswa. Meskipun konflik yang ditimbulkan tidaklah terlalu
rumit.
Hanya ada dua pilihan bagitokoh-tokoh muda seperti kalian. Jika dianggap sangat membahayakan maka akan disingkirkan. Tapi bisa jadi mereka berharap suatu saaat kalian menjadi kawan. –hlm. 71
Tweet |
0 komentar:
Post a Comment