Judul: Semesta Sebelum
Dunia
Penulis: Fahd Pahdepie
Penerbit: Nourabooks
Tahun terbit: 2013
Halaman: 242
Rating: 5 of 5
Pertama-tama dalam melakukan perjalanan, tentukan dulu ke mana arah tujuanmu. Lalu ketika kau mengambil langkah pertama, lakukan terus sampai langkahmu selesai tanpa menyerah – hal. 70
Menempuh sbeuah perjalanan untuk mencapai tujuan tertentu yang benar-benar ingin segera kau capai tak pernah terasa menyenangkan. Perjalanan itu akan benar-benar terasa lama dan membosankan. Tapi itulah tantangannya – hal. 71
Thanks
to Kak Ferdi yang udah merekomendasikan buku ini waktu kopdar di Jooks. Aku masi
inget waktu dia menggebu-gebu banget cerita pengalamannya baca buku ini. Aku pikir,
sebagus apa sih? Taunya, selesai baca buku ini, aku bener-bener puas bahkan sempat nangis di tenga-tengah cerita. Emang dasar rejeki anak shalehah, aku nemuin buku ini
di deretan rak buku diskonan di Gramedia Padang. Murah banget. Cuma sepuluh
ribu.
Dan jeda membuat kita melihat ke dalam diri kita sendiri. Itu yang penting. – hal. 97
Satu
hal yang aku rasakan ketika baca buku ini adalah geli-geli ngilu di bagian
perut. Efek yang sering aku rasain kalo ada ibuk-ibuk lagi cerita tentang kehamilan, melahirkan, dan sejenisnya. Meski kali ini agak beda, karena aku bukan mendengar, tapi membaca. Ga disangka, semesta sebelum dunia yang dimaksud adalah alam rahim. And yes,
buku ini menceritakan bagaimana proses seorang calon bayi ‘hidup’ sebelum dia
lahir di dunia. Lebih serunya lagi, Fahd yang menceritakan dengan cara yang
unik. Seolah-olah ada ‘sosok’ yang bercerita kepada diri kita secara langsung. Dan
‘diri kita’ adalah bayi yang sedang berada dalam rahim seorang ibu
Kepala adalah simbol ego dan pantat adalah iymbol kepasrahan – hal. 158
Kalau
boleh dibilang buku ini mengandung unsur sains dan spiritual. Tapi sama sekali
nggak ngebosenin dan nggak menggurui. Pas baca buku ini, aku secara ‘sukarela’
disadarkan tentang substansi kehadiran manusia di muka bumi. Duh, mulai berat
bahsanya. No, no, bahasa yang dipakai oleh penulis nggak seberat itu. Banyak hal
yang diingatkan oleh sosok misterius kepada janin (baca: diri kita)/ Dan hal-hal
tersebut adalah realita kehidupan dunia. Nggak melulu kebahagiaan yang
ditampilkan, tapi selalu ada unsur kebaikan di dalamnya.
Semoga
buku ini semakin banyak dibaca orang, agar nilai-nilai kebaikan itu menyebar
kemana-mana
Memberi adalah mendapatkan lebih – hal. 74