Hari kesekian berada
di sini. Sepi masih dominan terasa. Cuma si putih, modem, buku tulis, dan Life
of Pi yang baru akan dijelajahi setia menemani. Selain skripsi tentunya.
Pagi ini cerah. Siang
panas. Malam juga belum terlihat tanda-tanda bakalan hujan.
Padahal beberapa
waktu sebelumnya selalu saja hujan.
Apa ini pertanda?
Bahwa hujan di sini
mestinya sudah berangsur reda seperti yang di sana.
Atau sekedar
kamuflase, untuk terlihat seperti tidak ada apa-apa. Seperti semua baik-baik
saja. Kemudian membiarkan perasaan tidak enak menumpuk di seperti gumpalan awan
hitam yang mengumpulkan tetes demi tetes air yang akan dicurahkan ke bumi. Lalu
jadi banjir, kayak kota Padang yang sekarang bisa dibilang langganan banjir
juga.
Aih, mendadak jadi
melankolis.
Lantas, kalau lagi
tidak baik-baik saja memang kenapa? Nggak kenapa-kenapa kan? Tidak selalu
berada dalam kondisi baik adalah kewajaran. Toh hati manusia itu mudah
dibolak-balik.
Maroon five aja
bilang:
it’s not always rainbow and butterflies. It compromise that move us along.
Pun kalau sedang tidak
baik, nikmati saja rasanya, lalu berusaha untuk berubah jadi baik lagi. Kalau pengen.
Pun kalau ditanya
kabar, tinggal di jawab.
Baik. Atau tidak.
Baik; pertanyaan
selesai. Titik.
Tidak; pertanyaan
turunan akan muncul. Kenapa? Ada masalah? Ada apa? Ceritalah. Dan berbagai
jenis pertanyaan basa-basi penuh perhatian lainnya.
Pilihan ada pada
kita: yang jujur atau yang baik.
Jujur sehingga
menjadi orang yang sedang tidak baik. Atau berbohong dan menjadi orang yang
baik.
Ah, tapi kenapa harus
berbohong kalau mau jadi baik? Itu kan tidak baik. Juga kalau kemudian jujur,
apakah semuanya akan baik-baik saja?
Pusing, yes?
Sama.
20:17. Balkon lantai
2.
Tweet |
1 komentar:
Kak Fhia galau bet. Tapi gpp kak, banyaknya hal yang digalauain akan bertambah seiring bertambahnya umur :D
Post a Comment