It’s a long weekend. . .
Biasanya jadi moment paling ditunggu-tunggu. Doing something else. Jalan-jalan,
dating, piknik keluarga, pulkam, atau sekedar santai tanpa ngapa-ngapain. Tapi kalau
di kondisi luar biasa, long weekend
potensial untuk menimbulkan kebosanan.
Beruntung
buat golongan yang ‘nggak terjadwal’. Bangun terserah jam berapa, nggak ada jam
malem, nggak harus ini, itu, dll.
Lain hal buat mahasiswa akhir tahun dari
tahun ke tahun yang jadwal kuliahnya sedikit, atau malah nggak ada sama
sekali a.k.a mahasiswa skripsi aja. Libur atau nggak bakalan sama.
Buat
kaum yang masih punya aktifitas lain, kayak organisasi, part-time job, jualan,
kayaknya nggak bakaln terlalu terasa. They have something more than killing
time. Buat kaum yang nggak ada apa-apa, maka selamt datang mono.
Ada
masa-masa yang secara signifikan beda.
Nungguin setelah skripsi disetor ama setelah
dikembalikan bakalan terasa banget bedaanya. Menjelang nunggu jadwal ketemuan
selanjutnya pasca setor tulisan kayak pacran, LDR-an, trus nunggu kpan bakal
ketemuan lagi. Meski ketemuan sblmnya juga nggak nyampe 5 menit. Cuman sampe
kata-kata keramat keluar:
“oya,
saya baca dulu ya. Nanti saya kabari”
Dan setelah “nanti saya kabari” udah sepakat
atau tidak disepakati bersama maka kemudian akan muncul reaksi kimia dalam
hati. Seneng, deg-degan, penasaran, dan ngarep bakal campur aduk. Seneng,
akhirnya bimbingan lagi. Deg-degan, jadi atau nggak, kemaren yang dibikin bener
atau nggak. Penasaran, seberapa banyak coretan yang berarti mesti direvisi. Dan
pastinya harapan udah bisa move on atau belum.
Biasanya
sih pasca ketemuan itu waktu akan terasa lebih cepat. 15 – 30menit 'dating' alias
bimbingan. Lalu pulang dengan semangat untuk segera mengerjakan apa yang mesti
dikerjakan. Semangat ini yang biasanya bikin produktif. Apalagi buat kaum yang
sudah dikejar waktu dan didesak orang tua.
Selanjutnya,
setoran lagi. Menunggu lagi. Begitu terus.
Saat-saat kosong itulah yang rentan sama
kebosanan, atau level teringgi: kemalasan. Kejadian apapun bakalan mempengaruhi
rutinitas berikutnya. Kalau pagi udah ‘bergerak’, it’s gonna be productive
for the rest of the day.
Meskipun
kondisi diatas nggak akan berlaku buat golongan yang diluar itu semua. Yakni yang
nggak bisa ngapa-ngapain, nggak bisa kemana-mana. Waktu akan terasa
panjaaaaaaaang sekaliiiiiiii.
Maka
bersyukurlah, karena ada internet. Such a great escape.
Bisa
kemana-mana meski nggak kemana-mana.
*salam
kecup buat penemu internet*
20:58
– Balkon lantai 2
Tweet |
1 komentar:
all hail penemu internet
Post a Comment