Boleh kah saya menumpahkan sedikit kekesalan?
Hanya sekedar berbagi cerita, agar rasa tidak enak ini tidak berlama-lama mendiami hati.
Sedikit perasaan kesal, capek, dan geregetan yang bercampur aduk terhadap seseorang.
Orang yang harusnya saya hargai, karena posisinya sebagai ketua dari salah satu organisasi yang saya geluti.
Sebenarnya perasaan ini sudah mulai muncul beberapa minggu belakangan, yang sampai saat ini sedikit mengganggu. Pada beberapa orang saya kerap menceritakan kekesalan ini. Dan tak henti-hentinya juga mereka menenangkan saya dan memberikan pernyataan: ‘yaah,,,begitulah ketua kita.’ Atau ‘biasa itu..itu pula dinamikanya..’
Entah saya yang lalai dengan tugas dan memang ketua saya yang membiarkan saya mengambil inisiatif sendiri, atau memang dia terlalu sibuk sehingga lupa dengan hal-hal yang sebenarnya juga menjadi tanggung jawabnya..saya sendiri tidak tahu.
Saya hanya bingung,.
Pertama, mengenai rapat.
Rapat presidium dan harian saja tidak teratur, bahkan inisiatifnya (lagi-lagi) bukan dari dia. Saya bukan pecinta rapat. Tapi saya cukup sadar, sekali-sekali rapat itu perlu untuk membahas perkembangan program kerja, baik itu proyeksi maupun evaluasi. Apalagi kalau ada hal-hal urgent yang memang butuh dibahas bersama. Masalah sedikitnya kuantitas anggota rapat, saya fikir hal wajar. Bukankah itu biasa terjadi di organisasi manapun?
Tapi yang saya tak habis pikir, dalam beberapa kali rapat justru ketua yang tidak ada. Kalau ketua saja sudah tidak ada, bagaimana pengurus lain mau hadir? Lain halnya ketika beberapa pengurus mendesak diadakan rapat saat ketua tidak di tempat (luar kota). Kami masi punya etika untuk meminta izin rapat dan menjelaskan agenda yang akan dibahas. Setelah izin kami dapat, lantas kenapa mempermasalahkan hal-hal yang justru bukan agenda penting rapat? Bukankah kami sudah melaporkan hasil rapat? Kalau memang tidak puas dengan hasil laporan kami, jangan tanya ke satu orang saja. Resikonya besar. Mesti dilihat:
1. Apakah dia mengikuti rapat dari awal?
2. Apakah dia serius saat rapat berlangsung?
3. Apakah dia ikut mengeluarkan pendapat tanpa ada omongan di belakang?
4. Apakah dia mendengarkan semua pendapat peserta rapat?
5. Apakah informasi yang dia berikan cukup representative tanpa mencampurkan pemikiran subjektif?
Kedua, tentang program kerja.
Entah kenapa, akhir-akhir ini ketua saya hanya menanggapi apa yang pengurus lakukan dengan sedikit komentar dan pujian. Pertanyaan, sekali-sekali. Selebihnya..lagi-lagi dilepas sesuai kreatifitas masing-masing. Sebenarnya, pada poin ini sih saya suka. Tapi masalah timbul, ketika dia mulai mengacak-ngacak apa yang sudah kami buat. Padahal diawal-awal sudah diberi lampu hijau untuk melakukan sebagaimana yang terbaik menurut kami. Saya tidak menutup diri untuk diberi saran dan perbaikan. Sekali lagi, SARAN, bukan PAKSAAN. Saya cukup tahu kalau saya orang yang keras kepala. Tapi dalam hal tukar pendapat, saya masih sering meminta dan mendengarkan pendapat teman-teman pengurus lain koq. Kalau saja ketua saya mau mendengarkan pendapat dan masukan dari teman-teman pengurus lain, sesungguhnya mereka punya ide-ide cemerlang lho.
Satu lagi yang sangat saya sayangkan adalah tentang kontribusi. Saya tidak mau menghitung-hitung kontribusi. Teman-teman saya banyak yang lebih baik kinerja nya ketimbang saya. Hanya saja, ketika saya butuh ketua dalam hal koordinasi dan menggerakkan massa, saya tidak mendapatkan hal itu. Alasannya pun aneh. Pertama, membawa ‘kultur organisasi’ kita, yang katanya kekeluargaan. Kalu begitu, buat apa dibentuk pengurus? Kenapa kita ga pake system siapa yang mau kerja, hayo kerja. Saya rasa dengan dipercayakannya kita sebagai pengurus, disinilah kita belajar untuk professional. Kedua, alasan berproses. Saya fikir, yang berproses disini ya kita semua, bukan saya dan segelintir orang saja. Rasa-rasanya akan lebih indah jika kita sama-sama berproses, karena kita masih sama-sama belajar. Kita belum alumni, yang selayaknya punya kapasitas untuk berkata demikian.
Ketiga, hal-hal kecil yang krusial.
Pada suatu moment, pernah saya iseng untuk tidak menanyakan apa yang harus saya lakukan. Ego saya menyuruh untuk tidak melakukan apa-apa, dan membiarkan diri saya melihat siapa yang akhirnya bergerak. Ternyata, tidak bisa. Baru beberapa jam, sudah banyak yang menghubungi saya, menanyakan apa tindakan pengurus. Sumpah, pada saat itu emosi saya naik. Saya hanya ingin break beberapa hari sebelum saya mengeluarkan tenaga ekstra untuk program kerja yang sudah hampir di depan mata, tapi malah saya tidak bisa punya waktu libur. Lagipula, pengurus kan bukan saya seorang.
Saya sendiri heran, kenapa saya tidak bisa seperti yang lain, yang bisa dengan mudahnya tidak peduli. Dengan perasaan yang tak karuan, ketika saya bertanya ke ketua, saya malah mendapatkan jawaban yang benar-benar menguji kesabaran. Tapi apalah mau dikata, karena segan ke beberapa alumni yang bertanya ke saya, saya langsung menawarkan solusi ke ketua. Meski ternyata, jawabnnya hanya: ‘oke fia, bagus itu..’.
Ah, ketua..
Apalagi dari kami yang kurang?
Percayalah, ketika kami (beberapa) sudah melangkah, kami tidak akan mundur. Kami cukup tau, ketika kami diamanahkan sebagai pengurus, itu berarti kami harus berkorban tenaga, waktu, uang dan pikiran. Toh, ini bukan kali pertama kami menjadi pengurus organisasi. Kalau kita berhasil, tentu kekompakan kita akan semakin erat. Kalau kita gagal, saya rasa kita masih bisa evaluasi diri dan mencoba lagi nantinya. Ada harga diri dan nama baik yang kami bawa. Tapi yang lebih dari itu, ada kepuasan batin yang ingin kami rasakan.
Begitulah..
Hmmm..ternyata keluh kesah saya terlalu panjang.
Sekali lagi, saya hanya mengeluarkan uneg-uneg. Saya juga akan belajar bersikap professional tentunya, saat nanti membawa diri sebagai sesama pengurus atau sebagai adik. Saya tidak mau merusak ‘kekeluargaan’ kita yang sudah terkenal di luar sana.
Masa kepengurusan kita hampir habis dan masih ada agenda besar yang harus kita selesaikan. Saya tidak berharap masa kepengurusan kita akan berakhir denagn indah. Saya lebih memilih kepengurusan kita bisa menggoreskan satu kesan mendalam dan tidak mudah dilupakan.
31.01.11 – 11:25 pm. Rumah
Tweet |
0 komentar:
Post a Comment