January 31, 2011
Sedikit Cerita
January 30, 2011
Words on SHG,sekali lagi
January 29, 2011
Soe Hok-Gie..,sekali lagi
Diiringi lagu Donna Donna oleh Joan Baez aku mencoba melukiskan sosok Gie yang hanya kukenal lewat buku, tulisan dan film.
“Hidup adalah soal keberanian,Menghadapi tanda tanya,Tanpa bisa kita mengerti, tanpa bisa kita menawarTerimalah, dan hadapilah”
Sebuah TanyaAkhirnya semua akan tibaPada suatu hari yang biasaPada suatu ketika yang telah lama kita ketahuiApakah kau masih berbicara selembut dahuluMemintaku minum susu dan tidur yang lelap?Sambil membenarkan letak leher kemejaku(kabut tipis pun turun pelan-pelanDi lembah kasih, lembah mandalawangiKau dan aku tegak berdiriMelihat hutan-hutan yang menjad suramMeresapi belaian angin yang menjadi dingin)Apakah kau masih membelaiku semesra dahuluKetika kudekap kauDekaplah lebih mesra, lebih dekat(lampu-lampu berkelipan di jakarta yang sepiKota kita berdua, yang tua dan terlena dalam mimpinyaKau dan aku berbicaraTanpa kata, tanpa suaraKetika malam yang basah menyelimuti jakarta kita)Apakah kau mash akan berkatakudengar derap jantungmukita begitu berbeda dalam semuakecuali dalam cinta(hari pun menjadi malamKulihat semuanya menjadi muramWajah-wajah yang tidak kita kenal berbicaraDalam bahasa yang kita tidak mengertiSeperti kabut pagi itu)Manisku, aku akan jalan terusMembawa kenang-kenangan dan harapan-harapanBersama hidup yang begitu biru
Menunggu Kicauanmu
January 28, 2011
Resume: HmI on Seminar
I. “Catatan Aktifis Untuk Idealisme dan Pergerakan”
Oleh: Andi Mastian
Mahasiswa idealnya adalah lapisan masyarakat yang punya pemikiran luar biasa. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, kiprah mahasiswa semakin tidak kelihatan baik dalam pada aktivitas maupun semangat intelektualitasnya.
Faktor yang paling dirasa paling berpengaruh adaah beban sejarah yang terlalu berat. Harus diakui, sejak zaman Orde Lama, sampai Reformasi, perjuangan dan pergerakan mahasiswa sangat terasa sekali.
Beban sejarah yang terlalu berat ini mungkin menjadikan mahsiswa mengalami kelelahan intelektual dan kehilangan kreatfitas. Akhrnya mahasiswa terjebak pada rutinitas organisasi dan akademis tanpa dinamika yang berarti. Tidak terdengar lagi pergerakan-pergerakan yang dilakukan mahasiswa.
Bisa silihat hanya sedikit mahasiswa yang tertarik ketika membahas masalah pergerakan, idealisme, aksi atau perjuangan. Mungkin selera berganti, tapi hedaknya jangan sampai rasa kepedulian tentang hal itu hilang. Karena Indonesia, masih butuh pemikir-pemikir yang diharapkan bisa menjadi pemimpin yang bisa membawa ke arah lebih baik.
II. “Seputar Pergerakan Mahasiswa: Idealisme, Realita, & Generasi yang Akan Bangkit”
Oleh: Riki Eka Putra
Citra mahasiswa sebagai manusia yang punya pemikiran dan pergerakan untuk masyarakat cenderung memudar. Tidak ada lagi aksi-aksi atau kegiatan yang dimotori oleh mahasiswa. Kenyataannya, kegiatan cepat tanggap atau aksi-aksi yang mengkrirtisi suatu kebijakan baik itu pemerintah nasional ataupun local justru dimotori oleh aktifis dari LSM.
Lalu, kemana mahasiswa? Terlalu sibuk dengan kuliah kah?
Seandainya mahasiswa tidak lagi tertarik dengan pergerakan, idealisme, politik, pemerintahan, hampir bisa dipastikan nasib Indonesia secara garis besar tidak akan lebih baik. Karena, pemikiran yang kritis berasal dari otak mahasiswa. Jadi jika kemudian mahasiswa tidak memilih untuk menjadi aktifis, kepada siapa Indonesia bisa berharap?
Masih belum terlambat sebenarnya. Acara yang diadakan dengan niat menghimpun mahasiswa untuk berdiskusi bisa diadakan dengan packaging yang lebih menarik. Mungkin tidak melulu dengan demo, aksi turun ke jalan, atau seminar yang mungkin terkesan membosankan.
Bisa saja, diadakan bedah buku yang dikemas dengan konser musik, diskusi dalam coffe break. Sehingga mahasiswa dituntut untuk lebih kreatif dalam membaca selera zaman. Tema yang diangkat pun harus disesuaikan dengan kebutuhan dan trend mahasiswa sekarang. Harus ada perubahan strategi dan taktik agar tidak terkesan ketinggalan jaman.
Ketika mahasiswa telah merasakan nikmatnya menjadi aktifis, dia akan bisa merasakan yang dilakukan adalah candu. Karena yang aktifis lakukan dan sumbangkan adalah pemikiran, yang harganya tak ternilai. Satu hal yang harus diingat, ketika telah memilih utuk menjadi seorang aktifis, mahasiswa harus siap menanggung beban sejarah.
27.12.10