Tak ada satupun anak yang tak memiliki hal yang besar. Setiap bayi yang terlahir ke dunia merupakan harapan baru bagi kehidupan. – hal. 360
Tidak
banyak buku yang bercerita tentang Asiyah. Salah satu yang berani memunculkan
kisah istri Fir’aun, yang juga ibu yang membesarkan Nabi Musa a.s adalah penulis
perempuan asal Turki; Sibel Eraslan. Meskipun dalam bentuk novel, yang tentunya
membuat pembaca berfikir ulang mana unsur fiksi dan mana yang real, cerita ini
ditulis berdasarkan riset yang mendalam. Contoh potongan cerita yang bikin agak
kaget karena baru tau setelah baca buku ini adalah, ternyata sosok Raja Fir’aun
suami Asiyah yang pernah memerintahkan membunuh semua bayi laki-laki, dengan
Fir’aun yang ditenggelamkan ketika melawan Nabi Musa a.s adalah dua orang yang
berbeda. Fir’aun pertama adalah Ra, sedangkan Fir’aun berikutnya menggantikan
Ra yang telah wafat adalah Pangeran Menmatre. Hanya saja, pengakuan raja
sebagai ‘tuhan’ memang terjadi di masa pemerintahan Raja Ra, yang kemudian
bergelar Fir’aun.
Merupakan
buku yang cukup ‘mengenyangkan’ untuk dikunyah. Gaya bahasanya yang beda dari
buku-buku yang biasa aku baca di satu sisi bikin seru. Mungkin efek hasil terjemahan.
Oya, ada beberapa typo yang aku temuin, tapi ya It doesn’t matter, sih. Toh, jalan ceritanya bias membuat pikiran
teralihkan kembali.
Bagian
awal mungkin sedikit membosankan, apalagi karena aku nggak tau siapa tokoh yang
dia ceritakan seperti Guru Apa dan dua pengawal setia Asiyah, Tahnem dan Sare. Mulai
menuju akhir, baru deh bagaimana keteguhan hati seorang Asiyah diuji dalam
mengakui keesaan Allah bener-bener terasa.
Recommended buat
yang suka kisah tentang perempuan. Jadi pengen baca semua serial wanita penghuni
surga karangan Sibel Eraslan. Masih ada tentang Khadijah, Maryam, dan Fatimah.
Yaa…mungkin nanti. Kalau
berhasil mengurangi beberapa timbunan dulu. #sigh
Orang-orang yang tak bersalah pun, bisa merasa takut seperti orang yang bersalah. Semua orang punya rasa takut, tapi keberanian selalu berada di tempat yang setiap orang percaya, meskipun dalam ketakutan. – hal. 365
Tweet |
0 komentar:
Post a Comment