salah satu petunjuk spot wisata Sawahlunto |
Spoiler alert: Pardon my
picts, karena semua
diambil ketika kondisi kabut asap lagi parah-parahnya.
Rencana ke Sawahlunto sendirian to escape from something nggak bisa juga dibilang gagal juga sih. Perginya
tetep jadi. Cuma nggak jadi sendiri. Ada adek-adek komisariat yang setia
nemenin. To escape from something
dengan niat mencari ketenangan juga tetep jadi. Hanya saja suasana Sawahlunto
ketika aku kesana sedang cukup ramai karena ada Sawahlunto Internasional MusicFestival ke-6. But as I know how
Sawahlunto is, meski sedang ada
acara, jiwanya nggak berubah.
Yup, pertama kali aku kenal Sawahlunto karena Tour deSingkarak. Menjadi LO membuat aku harus mengenal dan mempelajari daerah ini
secara general. And yes, I’m falling in
love. Nggak seperti jatuh cinta ke Bukittinggi sih. Atau Jogja yang udah
terlalu mainstream. Swahlunto itu kota
tua yang unik, tenang, kalem, jauh dari hiruk pikuk dan kalau boleh aku bilang,
ketika berada di sana, seperti nggak di Indonesia. Kayak di Belanda gitu.
Lebay? Biarin. Yang aku rasakan, meskipun Sawahlunto sering ngadain ‘alek
nagari’ atau acara apapun itu, suasana di sana tetep kalem. Well, mungkin tanpa
aku sadari aku emang suka yang kalem-kalem kali ya, kayak si dia #eaaa
Tulisan ini diberi judul ‘seharian’ karena sebenarnya
spot-spot yang aku kunjungi hanya di sekitaran pusat kota dan sebenarnya bisa ditempuh cukup dari pagi sampe sore, meskipun aku 2 hari berada di
sini. Akunya aja yang mulai agak siang di hari pertama. Lagipula
karena homestay tempat eku menginap dekat dengan beberapa spot, aku memilih
untuk berkunjung dan belanja oleh-oleh di hari kedua sebelum kembali ke Padang. Kebanyakan dari tempat yang aku kunjungin
adalah gedung tua. Belum semua memang, tapi udah bejibun lho.
So, here we go.
1.
Lapangan Segitiga
Terkenal dengan singkatan ‘lapseg’. Dinamakan begitu
karena memang bentuknya yang seperti segitiga. Biar jelas sih bisa dilihat di
foto-foto lama yang masih hitam putih yang ada di beberapa museum di sana. Ketika
jam 11 malam aku sampe, kondisi jalan masih ramai karena tahun ini menjadi stage SIMFES 2015.
2.
Gedung Pusat Kebudayaan
Sama kayak PT. Semen Padang, GPK dibangu pada tahun 1910.
Disini ada Kafe Societeit. Dikasih nama begitu karena terinspirasi dari fungsi
GPK yang jaman dulunya adalah sebagai tempat pertemuan alias societeit. Pernah jadi kantor Bank
Mandiri Sawahlunto juga, sebelum pindah ke bangunan di sampingnya.
3.
Gedung PT. Bukit Asam
Merupakan kantor pertambangan. Kayak kantor pusatnya
gitu. Kalau lagi TdS, biasanya kantor ini dipakai buat press conference corner.
4.
Museum Tambang Batu Bara Ombilin
Letaknya ada di samping Lapangan Segitiga. Sayangnya,
waktu aku kesini pagi, masih tutup. Tapi ketika malam aku nonton, malah buka
karena lapanagannya dijadikan tempat jualan souvenir khusus Sawahlunto dan
SIMFES.
Museum Tambang Batu Bara |
5.
Gedung Bank Mandiri
Nggak hanya Padang, Sawahlunto juga punya bangunan tua yang
dijadikan Bank. As I said before, Bank
Mandiri sebelumnya beroperasi di GPK. Namun sejak tahun 2005, operasional
kantor dipindahkan ke sini. Deket kok dari GPK, tinggal nyebrang aja.
Gedung Bank Mandiri, diambil dari taman kota depan GPK |
6.
Koperasi
Masih dekat dengan GPK, bangunan yang dikenal sebagai
koperasi oleh penduduk setempat nggak hanya memiliki keunikan di bangunannya,
tapi buat aku juga di penamaannya. Lihat aja, di sana nama yang tertulis adalah
Warung Mini Market. Biasanya koperasi ini menjadi spot belanja buat official & atlet TdS karena dekat
dan cukup lengkap. Tapi sayangnya, ketika aku kesana, barang-barang jualannya
malah kebanyakan kosong. Bayangkan, air mineral aja nggak ada.
Koperasi |
7.
Hotel Ombilin
Berada di sisi sebelah GPK. Kalau mau ke Bank Mandiri
cukup menyebrang jalan, Hotel Ombilin juga begitu di sisi satunya lagi. Sangat
strategis, karena dekat kalau mau kemana-mana.
8.
Pasar Remaja
Emang nama pasarnya begitu. Don’t ask me why. Pasar ini kecil kok sebenarnya. Mulai dari bagian belakang GPK sampai ke ujung jalan, palingan sekitar 500 m.
Pasar Remaja dalam kabut asap |
My most favorite bridge in Sawahlunto |
9.
Kantor Pegadaian
Bangunan ini ada di Pasar Remaja dan ‘sedikit’ nyentrik
ketimbang bangunan-bangunan lain disekitarnya.
10.
Sudut Pasar.
Kalau digambarkan, Pasar Remaja seperti leter U bentuk
balok. Dan Sudut Pasar terletak di lengkungan luarnya. Lucu juga sih, kan kalau
huruf U nggak ada sudutnya. Dont’ get me
wrong, ini sih pinter-pinter aku aja. Maklum, kecerdasan hubungan ruang aku jelek.
liat deh susunan gonjong sebelah kanan, beautiful isn't it? |
belokan terakhir menuju pasar kalau dari Hotel Parai |
11.
Gereja St. Barbara
Sebenarnya bangunan ini setali dengan sekolah St. Lucia.Lokasi gereja ini terletak tepat disebelah koperasi ‘Warung Minimarket’ (ini aku
udah nyebut 3 jenis usaha yang berbeda, yes?). Jadi, dari koperasi tadi, aku muter ke ke arah pasar,
dan kembali di gereja ini.
12.
Museum Kereta Api.
Untuk menuju kesini masih bisa kok berjalan kaki,
meskipun jalannya sedikit menanjak. Bangunan ini dulunya adalah Stasiun Mak Itam. Sempat beroperasi beberapa bulan yang
lalu. Tapi sekarang udah nggak lagi. Katanya sih sedikit peminat. Mungkin nggak tertutupi dengan biaya operasionalnya. Padahal kalo menurut
aku promosinya aja kali yang kurang jor-joran. Soalnya ketika dulu aku baca
infonya di twitter, banyak juga temen-temen aku yang nggak tau sama berita itu.
Oya, harga karcis untuk masuk museum cuma Rp 3.000,-
13.
Info Box
Terletak di kawasan Tangsi Baru, arah belakang dari Geung
PT. Bukit Asam. Spot ini lebih baik
dikunjungi sebelum ke Museum KA, karena letaknya yang masih dalam pusat kota
dan tidak mendaki. Info Box dulunya adalah stock field batu bara. Di lantai 2,
berisi foto-foto dan informasi mengenai tambang batu bara.
Info Box |
Lt. 2 Info Box |
14.
Lubang Tambang Mbah Soero.
Perkenalkan, Mbah Soero adalah mandor yang bernama
lengkap Soerono. Untuk masuk ke sini cukup bayar Rp 8.000,- kita udah bisa
menikmati suasana bawah tanah alias spot tambang jaman dulu. Masuknya lewat
Info Box tadi aja. Batu bara di sini
mengandung nilai kalori yang bagus yaitu 7.000 kal. Untung kerja di pabrik
semen, jadi ngertilah ya dikit- dikit.
Pake safety shoes & safety helmet lagi :))) |
Jalan Masuk Lubang Tambang Mbah Soero tampak atas |
Selfie sebelum masuk |
I dare you! |
15.
Craft Center Lubang Soero.
Adalah tempat beli souvenir murah meriah. Kalau capek
abis jelajah lubang tambang, setelah itu bisa istirahat sambil ngemil kerupuk Kubang. Disini juga jual yang mentahnya kok. Juga ada
kaos-kaos sablon a la kota
masing-masing dan kain songket
yang terjangkau. Kalau mau yang ‘nggak terjangkau’ cari di tempat lain aja.
16.
Silo
Kalo di Padang adanya silo semen, maka di Sawahlunto
adanya silo batu bara, lengkap dengan belt
conveyornya.
Silo Batubara |
17.
Puncak Cemara
Merupakan spot yang nggak aku tempuh dengan jalan kaki,
karena jaraknya sekitar 10 km dari pusat kota. Disini
ada spot yang lagi kekinian banget, namanya Monumen Kesetiaan. Nggak taulah
kenapa dikasi nama begitu. Ada ‘fasilitas’ buat masang gembok-gembok kayak di
Eropa sonoh. Buat yang labil bin alay, kayaknya spot ini cocok buat kalian
ikut-ikutan pasang gembok. Haks!
diambil dari Puncak Cemara. tapi Kota Sawahlunto lagi invisible mode on |
18.
Kebun Buah Kandi
You know what, aku baru
tau kalau kata ‘kandi’ berarti Kendi. Itu lho, kalau di film-film Cina yang jadul
biasanya dijadikan tempat arak. Dan ternyata itu berasal dari buah, yaitu Labu
Kandi. Di kebun ini juga banyak jenis buah yang dikembangbiakkan. Ada buah naga,
pepaya, nangka, markisa yang buat sirup (ternyata kalau yang buat dimakan beda
jenisnya), dll. Boleh langsung dipetik dan dimakan. Tapi tetep bayar dulu sih. Ada
juga rumah pembibitannya. Spot ini terbilang masih baru dikelola. Dari sini
juga bias melihat danau yang bagus banget. Namun, lagi-lagi kabut asap merusak
segalanya.
Oya, nggak jauh dari sini ada Taman Satwa Kandi. Cuman karna
aku udah sore kesininya, jadi udah tutup. Spot ini bisa jadi tambahan tujuan
jalan-jalan.
Kolam Pancing dan Rumah Pembibitan |
Baru tau kalo ini namanya ada buah Labu Kendi |
Di kawasan kebun buah ini juga ada Danau Kandi, yang katanya bagus banget. lagi-lagi sayang beribu sayang, semua berubah sejak negara api menyerang. Silakan bandingkan foto ini:
Tertutup Kabut Asap |
versi aslinya |
P.S: makasi Boni 'Ucuk' buat fotonya.
Tulisan sebenarnya adalah Museum Goedang Ransoem. Cuma
dengan Rp 4.000 (dewasa) atau Rp 2.000 (anak-anak), kita bias melihat dapur
yang gede banget. Namanya dapur, di sini terdapat kuali, steam generator, kompresor,
dan tungku yang berukuran raksasa. Kata guidenya
sih bisa buat masak 6000 orang. Kalau dulu mungkin orang masak pake kayu bakar,
Sawahlunto jaman dulu masak pake batu bara. Horang kayah!
Kuali, dibawahnya masak pake batu bara |
Selain peralatan memasak dan replika makanan yang
sumpah mirip banget juga ada koleksi batu-batuan termasuk batu akik. Museumnya
kekinian, bo! Dan yang lebih unik lagi, ada koleksi batu nisan orang-orang
rantai yang meninggal di sana. Jadi ceritanya, cara orang-orang Belanda
menandai masyarakat pribumi bukanlah dengan nama mereka, tapi dengan membuat ‘tato’
berupa nomer di pergelangan tangan mereka. Nomer-nomer inilah yang diukir di
batu nisan. Yang disimpan di dalam etalase museum hanyalah nomer terkecil dan
terbesar yang berhasil ditemukan. Waktu aku kesana nomer terkecil adalah no. 17 dan yang terbesar…ng…aku
lupa. 2 ribuan gitu deeeh. Jadi kayak nosis alias nomer siswa gitu. Kalau kamu
pernah latihan kedisplinan di secata atau polisi, pasti kamu tau. Sedangkan yang lainnya disususn rapi di bagian belakang
museum. Pict? Sorry, but I’m afraid of it
jadinya sama sekali nggak nyimpen foto itu -_-“
Boiler |
dulu disintempat bikin eskrim |
Oiya, lokasi museum ini berdekatan dengan Info Box. Jadi
untuk bikin daftar tempat yang mesti dikunjungi di Sawahlunto, akan lebih baik
kalau kesininya setelah atau sebelum ke Info Box atau Lubang Tambang Mbah
Soero.
20.
IPTEK Centre
Bangunan ini sebenarnya setali dengan Museum Gudang
Ransum. Berisi tentang alat-alat peraga yang berhubungan dengan sains. Bedanya dengan
tempat-tempat lain yang aku kunjungi, spot ini termasuk yang ramai dikunjungi.
IPTEK Centre |
21.
Rumah Coklat Lumindy
Lumindy (baca: lumindi) adalah bahasa keren dari luminday, salah satu desa penghasil
coklat terbesar di Sawahlunto. Berlokasi di bagian belakang GPK, rumah coklat
Sawahlunto, Lumindy menjual coklatnya dengan berbagai rasa dan modifikasi. Harganya juga relatif terjangkau.
Coklat Sawahlunto & Kerupuk Kubang |
That's
all about my trip here. Sedih sebenarnya karena kabut asap bikin foto-foto jadi
kurang bagus, Besides, selama jalan-jalan yang beneran jalan kaki, aku sering ngerasa sakit kepala dang gatel-gatel di
hidung.
ga lengkap kalo ga selfie!!!! |
Pardon my very long story. Percayalah aku udah berusaha mempersingkat cerita 2 hari 2 malam
menjadi seharian. semua tempat aku kunjungi dengan berjalan kaki, kecuali ke
Kebun Buah Kandi, Museum Kereta Api, Silo dan Puncak Cemara. Makasi adek-adek
komisariat yang udah nemenin aku menghilangkan ke-mono-an selama
berjalan-jalan. I lopyu pul. Makasi juga
buat Ocha, teman satu himpunan yang meski baru pertama kali ketemu tapi udah
banyak bantu kasi informasi tentang homestay dan bersedia direpotkan buat
nemenin kami ke beberapa spot. See you
again.
Tweet |
6 komentar:
Kak fhia gak ikutan pasang gembok? haks :3
Nggak ah win. Aku kan ga alay. -____-
INI BENERAN BIKIN MUPENG, KAKFHIAAAAA...
Take me there... :((
Hayuk kak..mumpung kakfer blm penempatan. Liburan hemat bs kok ke sawahlunto ini. Bener deh.
Herbal Jantung Tanpa Efek Samping
ingin masuk ke Lubang Tambang Mbah Soero ...
Post a Comment