Kejadian
ini berawal dari aku yang dengan sengaja bawa buku NH.Dini yang berjudul Keberangkatan
ke kantor. Aku berani bawa karena waktu itu lagi training di Diklat jadi
biasanya tersedia lebih banyak istirahat, mulai dari break pagi, istirahat
siang, juga break sore. Lagipula hari itu adalah jadwalnya ujian wawancara.
Otomatis akan banyak tersedia idle-time.
Dan
bener aja, pas jam 4 sore, kelompok aku udah selesai wawancara. Dan kami
mengungsi sambil minum kopi di ruang makan.
Karena lagi nggak shalat juga, aku baca buku deh. Niatnya murni karena
pengen ngurangin tumpukan buku yang
belum dibaca dan udah semakin menggunung seklaigus nyelesaiin reading
challenge. Pada saat itulah seorang teman kantor bertanya: “Baca buku apa,
Kak?”. Dengan senyum paling manis aku ngeliatin cover buku yang aku pegang tanpa menjawab pertanyaannya secara
lisan. Maksudnya biar dia liat sendiri aja gitu covernya, mana tau tertarik buat baca juga meskipun aku nggak
akan minjemin ke dia atau ke siapapun.
Biasanya
respon orang yang aku gituin ada dua; Satu, bilang ‘oooh’ lalu diem. Golongan pertama
ini biasanya adalah orang-orang yang nggak terlalu suka baca buku jadi nggak
terlalu peduli tapi cuma pengen tau aja. Dua, yang bertanya: ‘bagus apa nggak’
atau ‘ceritanya tentang apa’. Golongan kedua ini adalah orang-orang yang suka
baca dan pengen baca juga suatu saat nanti, atau dulunya pernah suka baca jadi
pengen tau dan mungkin tau dengan buku yang dibaca. Dan ternyata respon temen
aku ini, sebut saja si A, agak beda dari biasanya. Dia justru bertanya; “Nh.
Dini itu siapa?”
Oh
Em Ji.
Hampir
aja aku jawab: “Ya penulisnya laaaah...”
Tapi
aku tau pasti maksud pertanyaannya bukan itu. Makanya aku nggak jawab
pertanyaan dia tapi malah nanya balik. Dan kurang lebih terciptalah percakapan
berikut:
“Emang
ga familiar sama nama Nh. Dini?”
“Nggak”
“Emang
nggak belajar waktu SMP? Kan ada di buku paket Bahasa Indonesia.”
“Nggak.
Waktu SMP Cuma pake LKS (Lembar Kerja Siswa) aja. Nggak pake buku paket.”
Oke
sumpah, ini hal kedua yang bikin kaget. Aku sama si A ini cuma terpaut jarak
satu tahun. Jadi ketika aku masuk SMP di 2001, dia masuk SMP di tahun 2002. Dan
di tahun itu masih harus pake buku paket yang keluaran dinas pendidikan. Bahkan
kalo nggak salah buku paket itu wajib ada dan dipake di sekolah manapun dari
Sabang sampe Merauke #mulaiemosi. Jadi nggak ada alesan donk dia nggak tau.
“Hah?
Nggak ada buku paket? Trus belajarnya gimana? Kan LKS cuma buku soal, kalau
nggak tau jawabannya cari kemana?”
“Di
LKS kan ada sedikit pembahasannya di awal, ya liat dari sana aja. Disana ga ada
nyebut Nh. Dini”
One more point.
Di LKS jaman aku sekolah dulu itu bukunya tipis. Pembahasan materinya dikit
banget. Namanya juga Lembar KERJA siswa. Ya pokoknya generasi ’90 pasti tau deh
istilah LKS, buku paket, buku penunjang.
Dan
aku pasrah.
“Nh.
Dini itu sastrawati Indonesia. Dulu waktu SMP kan disuruh baca Padang Ilalang
di Belakang Rumah, Sekayu, Langit dan
Bumi Sahabat Kami, pernah nggak?”
“Nggak.
Kayaknya di Padang nggak ada deh”
“Kalau
Ahmad Tohari, tau?”
“Nggak”
“Tapi
A suka baca kan? Trus, kalau baca, buku apa aja?”
“Suka
kok. Kalau aku baca buku bla.. bla.. bla..” kemudian dia menyebutkan beberapa
judul buku dan penulis dari novel populer jaman sekarang.
Aku
akhirnya hanya tersenyum dan ber’ooh’. Ya sudahlah. Males nerusinnya. Sebenarnya,
kalau dia nggak tau siapa Nh Dini, Ahmad Tohari, atau siapapun karena dia emang
nggak suka baca, nggak suka dunia kepenulisan atau nggak suka sastra, nggak
masalah kok. Tapi karena alasannya waktu sekolah nggak pake buku paket ini loh
yang bikin gemes.
Saking
penasarannya, ya kali aja aku yang salah, aku sampe crosscheck ke adek-adek kampus yang seangkatan mereka. Nanya apakah
mereka pake buku paket kelauaran dinas pendidikan waktu SMP atau SMA. Abis itu
baru deh nanya tau NH. Dini atau nggak. Banyak juga kok yang bilang nggak tau.
Tapi yang nggak tau itu umumnya yang emang nggak suka baca. Aku juga nanya ke
temen-temen Palanta dan jawabannya ya sama.
Nggak
kenal Nh. Dini sih nggak apa-apa. It doesn’t really matter me. Cuma yaa karena
ngakunya suka baca buku dan dengan alesan nggak pake buku paket waktu sekolah
dulu, itu yang mengganggu.
Entahlah.
Kok kenapa aku mau-maunya musingin itu.