Mau tidak mau, suka atau tidak kita akan
selalu memilih. Mau makan apa, mau pakai baju apa, mau kemana, mau kuliah
dimana, mau kerja dimana, dst, dst.
Manusia tak jarang yang merasa kebingungan ketika
dihadapkan dengan pilihan. Pilihannya banyak, bingung. Pilihannya sedikit juga
bingung. Ga ada pilihan? Ya memilih juga. . Pilihannya akan berubah menjadi
memilih atau tidak memilih. Nah, saya mulai bingung.
Semakin banyak
pilihan justru semakin manusia merasa bingung. Bingung gegara berbagai
pertimbangan: resiko, dampak, kepentingan, kecenderungan. Internal atau
eksternal.
Kalaupun pilihan
itu cuma dua toh ternyata tidak lantas kemudian memudahkan si pemilih. Kalau
tidak A ya B. Efek ketika memilih satu diantara mereka semakin besar untuk
berbeda. Perubahan-perubahan yang mungkin akan dibawa dari pilihan tersebut
justru membuat pemilih semakin membutuhkan waktu lama, kematangan berpikir, dan
kesiapan akan konsekuensi setelahnya. Nggak jarang juga yang pada akhirnya
memilih untuk mengambil pilihan secara gambling.
There
are some well-known statements about choice:
I
don’t have any choice,
Aku ga punya pilihan,
Aku bisa apa,
dsj, dsj, dsj
Tetap saja. Akui
saja kalau sebenarnya kita punya pilihan: memilih atau tidak.
Terlepas dari
segala konsekuensinya. Yang membedakan adalah dorongan apa yang membuat kita
memilih. Keterpaksaan kah? Atau keihklasan? Mungkin itulah yang menjadi pilihan
ketika diharuskan untuk mengambil pilihan yang dipilih orang lain. Yes, we have many things that we can’t
control. Maka, posisi pilihan pun bergeser. Ikhlas atau tidak. Memilih
untuk mengumbar rasa kesal, ngomel, ngeluh, ATAU legowo, nrimo, dan menyimpan
rasa tidak enak dalam hati.
Yah, karena kita
hidup tidak sendiri. Orang lain yang berpengaruh dalam hidup terkadang juga
menjadi pertimbangan besar saat kita dihadapkan dengan situasi memilih. Apalagi
kalau pilihan itu menyangkut orang tua, pasangan hidup, atasan atau mungkin
kemaslahatan hidup orang banyak. Terkadang pilihan juga terkendala dengan izin
atau restu. Apakah kemudian pilihan kita direstui atau tidak. Kalau tidak maka
pilihan berikutnya: patuh atau berontak. Nah,ini akan menjadi bahasan baru yang
bakal lebih panjang lagi kalau dijelaskan disini.
Maka berbahagialah
orang-orang yang memiliki hak ini secara asasi Benar-benar memilih sendiri,
menerima masukan dan saran orang lalu memilih sendiri langkah-langkah dalam
hidupnya. Tidak mengambil pilihan dengan
paksaan atau bahkan dipilihkan orang lain. Bagi yang tidak? Sejatinya itu
menjadi moment bagi manusia untuk belajar berkompromi (bahkan kalu bisa sih berdamai)
dengan keadaan meski pahit
#selfnote.
06.04.2013
Tweet |
2 komentar:
hidup adalah pilihan, menjadi solo juga kadang pilihan kak.. eaaa *dicekek kak fhia* :))
Emeeeeeeen *cekek emen*
Tp suatu saat kak akan memilih featuring deh. Ga mau solo terus.. :p
Post a Comment