Korek memang sahabat rokok yang sering menghilang. Ia pergi kemana-mana, bertualang. Seolah ia adalah preman pemberani yang bisa mem-bully siapa saja dengan apinya. (hal. 246)
Wara-wiri
di goodreads, akhirnya ‘dapet’ buku
ini sebagai teman perjalanan ke luar kota yang baik. Lucky you!
Dengan
judul dan cover yang provokatif, nggak yakin deh kalau novel ini nggak
menggugah rasa penasaran. Gimana nggak, gambar perempuan berkebaya dengan rokok
di tangan layaknya perokok handal. Bukan sembarang rokok, tapi kretek.
I’m strongly sure riset penulisnya bagus. Semua diceritakan
mulai dari sejarah kretek, cara pembuatan, komposisi, bahkan manfaatnya sebagai
obat asma dengan gaya bahasa yang santai dan jauh dari kesan ilmiah.
In my opinion, yang membuat novel ini kuat adalah
penggabungan nilai sejarah dan budaya, dalam kisah cinta, kehidupan keluarga,
persaingan bisnis, juga penjajahan dalam porsi yang pas. Meskipun sayangnya penggambaran
karakter ‘gadis kretek’ nggak sebanyak tokoh lain. Ilustrasi untuk setiap
kemasan produk kreteknya unik, lho...
Oya, Kota M itu, apa
ya kira-kira?
Tweet |
1 komentar:
pinjaaaaaaaaaaaaaam...
Post a Comment