Pages

September 21, 2015

Jalan-jalan Seharian di Kota Sawahlunto

salah satu petunjuk spot wisata Sawahlunto

Spoiler alert: Pardon my picts, karena semua diambil ketika kondisi kabut asap lagi parah-parahnya.

Rencana ke Sawahlunto sendirian to escape from something nggak bisa juga dibilang gagal juga sih. Perginya tetep jadi. Cuma nggak jadi sendiri. Ada adek-adek komisariat yang setia nemenin. To escape from something dengan niat mencari ketenangan juga tetep jadi. Hanya saja suasana Sawahlunto ketika aku kesana sedang cukup ramai karena ada Sawahlunto Internasional MusicFestival ke-6. But as I know how Sawahlunto is, meski sedang ada acara, jiwanya nggak berubah.

Yup, pertama kali aku kenal Sawahlunto karena Tour deSingkarak. Menjadi LO membuat aku harus mengenal dan mempelajari daerah ini secara general. And yes, I’m falling in love. Nggak seperti jatuh cinta ke Bukittinggi sih. Atau Jogja yang udah terlalu mainstream. Swahlunto itu kota tua yang unik, tenang, kalem, jauh dari hiruk pikuk dan kalau boleh aku bilang, ketika berada di sana, seperti nggak di Indonesia. Kayak di Belanda gitu. Lebay? Biarin. Yang aku rasakan, meskipun Sawahlunto sering ngadain ‘alek nagari’ atau acara apapun itu, suasana di sana tetep kalem. Well, mungkin tanpa aku sadari aku emang suka yang kalem-kalem kali ya, kayak si dia #eaaa

Tulisan ini diberi judul ‘seharian’ karena sebenarnya spot-spot yang aku kunjungi hanya di sekitaran pusat kota dan sebenarnya bisa ditempuh cukup dari pagi sampe sore, meskipun aku 2 hari berada di sini. Akunya aja yang mulai agak siang di hari pertama. Lagipula karena homestay tempat eku menginap dekat dengan beberapa spot, aku memilih untuk berkunjung dan belanja oleh-oleh di hari kedua sebelum kembali ke Padang. Kebanyakan dari tempat yang aku kunjungin adalah gedung tua. Belum semua memang, tapi udah bejibun lho.

So, here we go.
1.    Lapangan Segitiga
Terkenal dengan singkatan ‘lapseg’. Dinamakan begitu karena memang bentuknya yang seperti segitiga. Biar jelas sih bisa dilihat di foto-foto lama yang masih hitam putih yang ada di beberapa museum di sana. Ketika jam 11 malam aku sampe, kondisi jalan masih ramai karena tahun ini menjadi stage SIMFES 2015.
Lapseg ketika SIMFES 2015
2.    Gedung Pusat Kebudayaan
Sama kayak PT. Semen Padang, GPK dibangu pada tahun 1910. Disini ada Kafe Societeit. Dikasih nama begitu karena terinspirasi dari fungsi GPK yang jaman dulunya adalah sebagai tempat pertemuan alias societeit. Pernah jadi kantor Bank Mandiri Sawahlunto juga, sebelum pindah ke bangunan di sampingnya.   
Gedung Pusat Kebudayaan malam hari

3.    Gedung PT. Bukit Asam
Merupakan kantor pertambangan. Kayak kantor pusatnya gitu. Kalau lagi TdS, biasanya kantor ini dipakai buat press conference corner
PT. BA ketika ada acara SIMFES 2015
4.    Museum Tambang Batu Bara Ombilin
Letaknya ada di samping Lapangan Segitiga. Sayangnya, waktu aku kesini pagi, masih tutup. Tapi ketika malam aku nonton, malah buka karena lapanagannya dijadikan tempat jualan souvenir khusus Sawahlunto dan SIMFES. 

Museum Tambang Batu Bara

5.    Gedung Bank Mandiri
Nggak hanya Padang, Sawahlunto juga punya bangunan tua yang dijadikan Bank. As I said before, Bank Mandiri sebelumnya beroperasi di GPK. Namun sejak tahun 2005, operasional kantor dipindahkan ke sini. Deket kok dari GPK, tinggal nyebrang aja. 

Gedung Bank Mandiri, diambil dari taman kota depan GPK

6.    Koperasi
Masih dekat dengan GPK, bangunan yang dikenal sebagai koperasi oleh penduduk setempat nggak hanya memiliki keunikan di bangunannya, tapi buat aku juga di penamaannya. Lihat aja, di sana nama yang tertulis adalah Warung Mini Market. Biasanya koperasi ini menjadi spot belanja buat official & atlet TdS karena dekat dan cukup lengkap. Tapi sayangnya, ketika aku kesana, barang-barang jualannya malah kebanyakan kosong. Bayangkan, air mineral aja nggak ada. 

Koperasi
7.    Hotel Ombilin
Berada di sisi sebelah GPK. Kalau mau ke Bank Mandiri cukup menyebrang jalan, Hotel Ombilin juga begitu di sisi satunya lagi. Sangat strategis, karena dekat kalau mau kemana-mana.

Hotel Ombilin
8.    Pasar Remaja
Emang nama pasarnya begitu. Don’t ask me why. Pasar ini kecil kok sebenarnya. Mulai dari bagian belakang GPK sampai ke ujung jalan, palingan sekitar 500 m. 
Pasar Remaja dalam kabut asap
My most favorite bridge in Sawahlunto

9.    Kantor Pegadaian
Bangunan ini ada di Pasar Remaja dan ‘sedikit’ nyentrik ketimbang bangunan-bangunan lain disekitarnya. 

Kantor Pegadaian

10.  Sudut Pasar.
Kalau digambarkan, Pasar Remaja seperti leter U bentuk balok. Dan Sudut Pasar terletak di lengkungan luarnya. Lucu juga sih, kan kalau huruf U nggak ada sudutnya. Dont’ get me wrong, ini sih pinter-pinter aku aja. Maklum,  kecerdasan hubungan ruang aku jelek. 


liat deh susunan gonjong sebelah kanan, beautiful isn't it?
belokan terakhir menuju pasar kalau dari Hotel Parai
11.  Gereja St. Barbara
Sebenarnya bangunan ini setali dengan sekolah St. Lucia.Lokasi gereja ini terletak tepat disebelah koperasi ‘Warung Minimarket’ (ini aku udah nyebut 3 jenis usaha yang berbeda, yes?). Jadi, dari koperasi tadi, aku muter ke ke arah pasar, dan kembali di gereja ini. 

Gereja St. Barbara
12.  Museum Kereta Api.
Untuk menuju kesini masih bisa kok berjalan kaki, meskipun jalannya sedikit menanjak. Bangunan ini dulunya adalah Stasiun Mak Itam. Sempat beroperasi beberapa bulan yang lalu. Tapi sekarang udah nggak lagi. Katanya sih sedikit peminat. Mungkin nggak tertutupi dengan biaya operasionalnya. Padahal kalo menurut aku promosinya aja kali yang kurang jor-joran. Soalnya ketika dulu aku baca infonya di twitter, banyak juga temen-temen aku yang nggak tau sama berita itu.
Oya, harga karcis untuk masuk museum cuma Rp 3.000,- 

Stasiun KA tampak depan
tampak samping
Di dalam Museum. *diperankan oleh model*

13.  Info Box
Terletak di kawasan Tangsi Baru, arah belakang dari Geung PT. Bukit Asam.  Spot ini lebih baik dikunjungi sebelum ke Museum KA, karena letaknya yang masih dalam pusat kota dan tidak mendaki. Info Box dulunya adalah stock field batu bara. Di lantai 2, berisi foto-foto dan informasi mengenai tambang batu bara. 


Info Box 

Lt. 2 Info Box
14.  Lubang Tambang Mbah Soero.
Perkenalkan, Mbah Soero adalah mandor yang bernama lengkap Soerono. Untuk masuk ke sini cukup bayar Rp 8.000,- kita udah bisa menikmati suasana bawah tanah alias spot tambang jaman dulu. Masuknya lewat Info Box tadi aja.  Batu bara di sini mengandung nilai kalori yang bagus yaitu 7.000 kal. Untung kerja di pabrik semen, jadi ngertilah ya dikit- dikit. 

Pake safety shoes & safety helmet lagi :)))
Jalan Masuk Lubang Tambang Mbah Soero tampak atas
Selfie sebelum masuk
I dare you!
15.  Craft Center Lubang Soero.  
Adalah tempat beli souvenir murah meriah. Kalau capek abis jelajah lubang tambang, setelah itu bisa istirahat sambil ngemil kerupuk Kubang. Disini juga jual yang mentahnya kok. Juga ada kaos-kaos sablon a la kota masing-masing dan kain songket yang terjangkau. Kalau mau yang ‘nggak terjangkau’ cari di tempat lain aja.  
masih pagi, masih tutup
16.  Silo
Kalo di Padang adanya silo semen, maka di Sawahlunto adanya silo batu bara, lengkap dengan belt conveyornya. 

Silo Batubara
17.  Puncak Cemara
Merupakan spot yang nggak aku tempuh dengan jalan kaki, karena jaraknya sekitar 10 km dari pusat kota. Disini ada spot yang lagi kekinian banget, namanya Monumen Kesetiaan. Nggak taulah kenapa dikasi nama begitu. Ada ‘fasilitas’ buat masang gembok-gembok kayak di Eropa sonoh. Buat yang labil bin alay, kayaknya spot ini cocok buat kalian ikut-ikutan pasang gembok. Haks! 




diambil dari Puncak Cemara. tapi Kota Sawahlunto lagi invisible mode on
18.   Kebun Buah Kandi
You know what, aku baru tau kalau kata ‘kandi’ berarti Kendi. Itu lho, kalau di film-film Cina yang jadul biasanya dijadikan tempat arak. Dan ternyata itu berasal dari buah, yaitu Labu Kandi. Di kebun ini juga banyak jenis buah yang dikembangbiakkan. Ada buah naga, pepaya, nangka, markisa yang buat sirup (ternyata kalau yang buat dimakan beda jenisnya), dll. Boleh langsung dipetik dan dimakan. Tapi tetep bayar dulu sih. Ada juga rumah pembibitannya. Spot ini terbilang masih baru dikelola. Dari sini juga bias melihat danau yang bagus banget. Namun, lagi-lagi kabut asap merusak segalanya.
Oya, nggak jauh dari sini ada Taman Satwa Kandi. Cuman karna aku udah sore kesininya, jadi udah tutup. Spot ini bisa jadi tambahan tujuan jalan-jalan. 


Kolam Pancing dan Rumah Pembibitan

Baru tau kalo ini namanya ada buah Labu Kendi
Di kawasan kebun buah ini juga ada Danau Kandi, yang katanya bagus banget. lagi-lagi sayang beribu sayang, semua berubah sejak negara api menyerang. Silakan bandingkan foto ini:

Tertutup Kabut Asap
versi aslinya
P.S: makasi Boni 'Ucuk' buat fotonya.  

19. Museum Gudang Ransum


Goedang Ransoem
     

Information
Tulisan sebenarnya adalah Museum Goedang Ransoem. Cuma dengan Rp 4.000 (dewasa) atau Rp 2.000 (anak-anak), kita bias melihat dapur yang gede banget. Namanya dapur, di sini terdapat kuali, steam generator, kompresor, dan tungku yang berukuran raksasa. Kata guidenya sih bisa buat masak 6000 orang. Kalau dulu mungkin orang masak pake kayu bakar, Sawahlunto jaman dulu masak pake batu bara. Horang kayah!


Kuali, dibawahnya masak pake batu bara

Selain peralatan memasak dan replika makanan yang sumpah mirip banget juga ada koleksi batu-batuan termasuk batu akik. Museumnya kekinian, bo! Dan yang lebih unik lagi, ada koleksi batu nisan orang-orang rantai yang meninggal di sana. Jadi ceritanya, cara orang-orang Belanda menandai masyarakat pribumi bukanlah dengan nama mereka, tapi dengan membuat ‘tato’ berupa nomer di pergelangan tangan mereka. Nomer-nomer inilah yang diukir di batu nisan. Yang disimpan di dalam etalase museum hanyalah nomer terkecil dan terbesar yang berhasil ditemukan. Waktu aku kesana nomer terkecil adalah no. 17 dan yang terbesar…ng…aku lupa. 2 ribuan gitu deeeh. Jadi kayak nosis alias nomer siswa gitu. Kalau kamu pernah latihan kedisplinan di secata atau polisi, pasti kamu tau. Sedangkan yang lainnya disususn rapi di bagian belakang museum. Pict? Sorry, but I’m afraid of it jadinya sama sekali nggak nyimpen foto itu -_-“
Boiler
dulu disintempat bikin eskrim
Oiya, lokasi museum ini berdekatan dengan Info Box. Jadi untuk bikin daftar tempat yang mesti dikunjungi di Sawahlunto, akan lebih baik kalau kesininya setelah atau sebelum ke Info Box atau Lubang Tambang Mbah Soero. 


20.  IPTEK Centre
Bangunan ini sebenarnya setali dengan Museum Gudang Ransum. Berisi tentang alat-alat peraga yang berhubungan dengan sains. Bedanya dengan tempat-tempat lain yang aku kunjungi, spot ini termasuk yang ramai dikunjungi.  


IPTEK Centre
21.  Rumah Coklat Lumindy
Lumindy (baca: lumindi) adalah bahasa keren dari luminday, salah satu desa penghasil coklat terbesar di Sawahlunto. Berlokasi di bagian belakang GPK, rumah coklat Sawahlunto, Lumindy menjual coklatnya dengan berbagai rasa dan modifikasi. Harganya juga relatif terjangkau.

Coklat  Sawahlunto & Kerupuk Kubang
            That's all about my trip here. Sedih sebenarnya karena kabut asap bikin foto-foto jadi kurang bagus, Besides, selama jalan-jalan yang beneran jalan kaki, aku sering ngerasa sakit kepala dang gatel-gatel di hidung.

ga lengkap kalo ga selfie!!!!
Pardon my very long story. Percayalah aku udah berusaha mempersingkat cerita 2 hari 2 malam menjadi seharian. semua tempat aku kunjungi dengan berjalan kaki, kecuali ke Kebun Buah Kandi, Museum Kereta Api, Silo dan Puncak Cemara. Makasi adek-adek komisariat yang udah nemenin aku menghilangkan ke-mono-an selama berjalan-jalan. I lopyu pul.  Makasi juga buat Ocha, teman satu himpunan yang meski baru pertama kali ketemu tapi udah banyak bantu kasi informasi tentang homestay dan bersedia direpotkan buat nemenin kami ke beberapa spot. See you again

6 comments:

  1. Kak fhia gak ikutan pasang gembok? haks :3

    ReplyDelete
  2. INI BENERAN BIKIN MUPENG, KAKFHIAAAAA...
    Take me there... :((

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hayuk kak..mumpung kakfer blm penempatan. Liburan hemat bs kok ke sawahlunto ini. Bener deh.

      Delete
  3. Herbal Jantung Tanpa Efek Samping

    ReplyDelete
  4. ingin masuk ke Lubang Tambang Mbah Soero ...

    ReplyDelete